Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

14. SURAH IBRAHIM, belajar.panker.me



تَفْسِيرُ سُورَةِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Makkiyyah, 52 atau 54 atau 55 ayat kecuali ayat 28 dan 29, Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Ibrahim, ayat 1-3

{الر كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1) اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (2) الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ (3) }
Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan tafsir mengenai huruf-huruf terpisah yang terdapat dalam permulaan banyak surat.
{كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ}
 (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu. (Ibrahim: 1)
Maksudnya, ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu, Muhammad. Yang dimaksud ialah Al-Qur'an yang merupakan Kitab yang paling mulia, yang diturunkan Allah Swt. dari langit kepada rasul yang paling mulia. Allah telah mengutusnya di bumi ini kepada semua penduduknya, baik yang berbangsa Arab maupun 'Ajam (non-Arab).
{لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: l)
Dengan kata lain, sesungguhnya Kami mengutusmu —hai Muhammad— dengan membawa Kitab (Al-Qur'an) ini tiada lain untuk mengeluarkan manusia dari kesesatan menuju jalan petunjuk dan kebenaran, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ}
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). (Al-Baqarah: 257), hingga akhir ayat.
{هُوَ الَّذِي يُنزلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya. (Al-Hadid: 9)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{بِإِذْنِ رَبِّهِمْ}
dengan izin Tuhan mereka. (Ibrahim: 1)
Artinya, Dialah yang memberi petunjuk kepada orang yang telah ditakdirkan-Nya mendapat petunjuk melalui Rasul-Nya yang diutus untuk membawa perintah-Nya. Rasul memberi mereka petunjuk:
{إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ}
menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa. (Ibrahim: 1)
Yakni Yang Mahaperkasa, tiada yang dapat menandingi dan tiada yang dapat mengalahkan-Nya, bahkan Dia Maha Mengalahkan semuanya.
"الْحَمِيدُ"
lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 1)
Allah Maha Terpuji dalam semua perbuatan, perkataan, syariat, perintah, dan larangan-Nya; lagi Mahabenar dalam berita-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}
Allah Yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. (Ibrahim: 2)
Sebagian ulama tafsir membacanya dengan bacaan rafa' dianggap sebagai kalimat baru, sedangkan ulama lainnya membacanya dengan bacaan jar karena mengikuti sifat Allah, yaitu lafaz Al-Hamid. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi.” (Al-A'raf: 158), hingga akhir ayat.
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ}
Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (Ibrahim: 2)
Maksudnya, kecelakaanlah bagi mereka pada hari kiamat nanti sebab mereka menentangmu dan mendustakanmu, hai Muhammad.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa mereka lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, yakni mereka mendahulukan kepentingan dunia dan menjadikannya di atas segalanya. Mereka bekerja untuk kehidupan duniawinya dan melupakan akhirat mereka, dan mereka meninggalkan urusan akhiratnya di belakang mereka.
{وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. (Ibrahim: 3).
Yang dimaksud dengan jalan Allah ialah mengikuti rasul-rasul.
{وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا}
dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. (Ibrahim: 3)
Yakni mereka menghendaki agar jalan Allah bengkok, tidak lurus, dan terhambat; padahal jalan Allah itu lurus, tiada membahayakannya sikap orang-orang yang menentangnya, tidak pula orang-orang yang menghinanya. Mereka yang menginginkan demikian berada dalam kebodohan dan kesesatan yang jauh dari kebenaran. Tiada kebaikan yang diharapkan bagi mereka selama mereka bersikap demikian.

Ibrahim, ayat 4

{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (4) }
Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.
Hal ini merupakan salah satu dari kelembutan Allah kepada makhluk-Nya, yaitu Dia mengutus kepada mereka rasul-rasul dari kalangan mereka sendiri yang berbahasa sama dengan mereka, agar mereka dapat memahami para rasul dan memahami risalah yang dibawa oleh para rasul itu.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ذَرٍ قَالَ: قَالَ مُجَاهِدٌ: عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمْ يَبْعَثِ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، نَبِيًّا إِلَّا بِلُغَةِ قَوْمِهِ"
telah menceritakan kepada kami Waki', dari Umar ibnu Zar yang mengatakan bahwa Mujahid pernah meriwayatkan dari Abu Zar bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah Allah Swt. mengutus seorang nabi melainkan dengan bahasa kaumnya.
Firman Allah Swt.:
{فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (Ibrahim: 4)
Yakni sesudah adanya penjelasan dan tegaknya hujah (bukti) terhadap mereka. Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dari jalan petunjuk, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang benar.
{وَهُوَ الْعَزِيزُ}
Dan Dialah Tuhan Yang Mahaperkasa. (Ibrahim: 4)
Segala sesuatu yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi.
{الْحَكِيمُ}
lagi Mahabijaksana. (Ibrahim: 4)
Allah Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya. Maka Dia menyesatkan orang yang berhak disesatkan, dan memberi petunjuk kepada orang yang pantas mendapat petunjuk.
Demikianlah Sunnatullah pada makhluk-Nya, yakni tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi buat suatu umat melainkan nabi itu berbicara dengan bahasa mereka. Maka setiap nabi khusus menyampaikan risalahnya hanya kepada umatnya saja, bukan umat yang lainnya. Tetapi Nabi Muhammad ibnu Abdullah mempunyai keistimewaan dengan keumuman risalahnya yang mencakup semua manusia. Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعطَهُن أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وطَهُورًا، وأحلَّت لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تُحَلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi sebelumku, yaitu aku diberi pertolongan melalui rasa gentar yang mencekam (musuh) sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi menyucikan; ganimah (rampasan perang) dihalalkan bagiku, padahal ganimah belum pernah dihalalkan bagi seorang pun sebelumku; aku dianugerahi syafaat; dan dahulu nabi diutus hanya khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia
Hadis ini mempunyai banyak syawahid yangmenguatkannya. Allah Swt. telah berfirman:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah.”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158)

Ibrahim, ayat 5

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (5) }
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang, dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.
Allah menyebutkan dalam firman-Nya, "Sebagaimana Kami mengutus­mu, hai Muhammad, dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu mengeluarkan semua manusia dari gelap gulita menuju terang benderang melalui semanmu kepada mereka. Begitu pula Kami telah mengutus Musa kepada Bani Israil dengan membawa ayat-ayat Kami."
Mujahid mengatakan bahwa semua ayat itu berjumlah sembilan buah.
{أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ }
Keluarkanlah kaummu. (Ibrahim: 5)
Artinya, Kami perintahkan kepada Musa melalui firman Kami kepadanya:
{أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: 5)
Yakni serulah mereka kepada kebaikan agar mereka dapat keluar dari kebodohan dan kesesatan yang selama itu mengungkung mereka dalam kegelapannya, menuju kepada cahaya petunjuk dan keimanan.
{وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ}
dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. (Ibrahim: 5)
Maksudnya, ingatkanlah mereka kepada pertolongan-pertolongan Allah dan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu Allah telah membebaskan mereka dari cengkeraman Fir'aun, perbudakan, kezaliman, dan angkara murkanya; dan Allah telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka, telah membelah laut buat mereka, memberikan naungan awan kepada mereka, menurunkan Manna dan Salwa kepada mereka, serta nikmat-nikmat lainnya.
Demikianlah menurut cerita Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Hal yang sama telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad ayahnya. Di dalam kitab Musnad itu disebutkan bahwa:
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبَانٍ الْجُعْفِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ [عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: {وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ} قَالَ: "بِنِعَمِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى] "
telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aban Al-Ju'fi, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. (Ibrahim: 5) Bahwa yang dimaksud dengan hari-hari Allah ialah nikmat-nikmat Allah.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Aban dengan sanad yang sama. Hadis ini diriwayatkan pula oleh anaknya (yaitu Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka'b) secara mauquf, dan riwayat inilah yang lebih mendekati kepada kebenaran.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (Ibrahim: 5)
Yakni sesungguhnya dalam apa yang telah Kami perbuat kepada kekasih-kekasih Kami —kaum Bani Israil— ketika Kami selamatkan mereka dari cengkeraman Fir'aun dan dari siksaan yang menghinakan yang menindas mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi setiap orang yang penyabar dalam menghadapi kesengsaraan, lagi bersyukur dalam keadaan-keadaan makmur.
Qatadah mengatakan, "Sebaik-baik hamba ialah orang yang apabila mendapat cobaan, bersabar; dan apabila diberi nikmat, bersyukur."
Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ أَمْرَ الْمُؤْمِنِ كُلَّه عَجَب، لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكر فَكَانَ خيرا له"
Sesungguhnya perkara orang mukmin mengagumkan seluruhnya, tidak sekali-kali Allah memutuskan ketetapan baginya, melainkan hal itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia bersabar; dan sabar itu adalah baik baginya. Apabila mendapat kegembiraan, ia bersyukur; dan bersyukur itu adalah baik baginya.

Ibrahim, ayat 6-8

{وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنْجَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (6) وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (7) وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ (8) }
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih. Mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian.” Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguh­nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dan Musa berkata, "Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.
Allah menceritakan tentang Musa ketika ia mengingatkan kaumnya kepada hari-hari Allah yang mereka alami dan nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada mereka. Yaitu ketika Allah menyelamatkan mereka dari cengkeraman Fir'aun dan para pengikutnya, serta dari siksaan dan penghinaan yang mereka alami. Fir'aun menyembelih anak laki-laki mereka yang dijumpainya, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari semuanya itu. Hal tersebut merupakan nikmat yang paling besar.
Disebutkan oleh firman-Nya:
{وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ}
dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu. (Ibrahim: 6)
Yakni nikmat yang besar dari-Nya kepada kalian dalam hal itu, kalian tidak mampu mensyukurinya. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud dari isim isyarah di sini ditujukan kepada apa yang dilakukan oleh kaum Fir'aun kepada mereka (Bani Israil) berupa berbagai macam siksaan dan penindasan, bahwa hal tersebut merupakan cobaan yang besar bagi mereka.
Dapat pula ditakwilkan bahwa ayat ini semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik itu dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'raf: 168)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ}
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan. (Ibrahim: 7)
Yakni mempermaklumatkan dan memberitahukan kepada kalian akan janji-Nya kepada kalian. Dapat pula diartikan bahwa dan tatkala Tuhan kalian bersumpah dengan menyebut keagungan, kebesaran, dan kemuliaan nama-Nya'. Ayat tersebut sama maknanya dengan firman-Nya:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ [مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ] }
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat. (Al-A'raf: 167)
Firman Allah Swt.:
{لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ}
Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian. (Ibrahim: 7)
Sesungguhnya jika kalian mensyukuri nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian, pasti Aku akan menambahkannya bagi kalian.
{وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ}
dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku). (Ibrahim: 7)
Maksudnya, jika kalian mengingkari nikmat-nikmat itu dan kalian menyembunyikannya serta tidak mensyukurinya.
{إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ}
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Ibrahim: 7)
Yaitu dengan mencabut nikmat-nikmat itu dari mereka, dan Allah menyiksa mereka karena mengingkarinya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ"
Sesungguhnya seorang hamba benar-benar terhalang dari rezeki(nya) disebabkan dosa yang dikerjakannya.
Di dalam kitab Musnad disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengan seorang peminta-minta. Maka beliau memberinya sebiji buah kurma, tetapi si peminta-minta itu tidak mau menerimanya. Kemudian beliau bersua dengan pengemis lainnya, maka beliau memberikan sebiji kurma itu kepadanya, dan si pengemis itu mau menerimanya seraya berkata, "(Betapa berharganya) sebiji buah kurma dari Rasulullah Saw." Maka Rasulullah Saw. memerintahkan agar si pengemis itu diberi uang sebanyak empat puluh dirham.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْودُ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ الصَّيدلاني، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَائِلٌ فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ فَلَمْ يَأْخُذْهَا -أَوْ: وَحِشَّ بِهَا -قَالَ: وَأَتَاهُ آخَرُ فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ! تَمْرَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ لِلْجَارِيَةِ: "اذْهَبِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فأعطيه الأربعين درهما التي عِنْدَهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Imarah As-Shaidalani, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pengemis datang meminta-minta kepada Nabi Saw. Maka beliau memberinya sebiji buah kurma, tetapi si pengemis itu tidak mau menerimanya. Kemudian datanglah seorang pengemis lainnya, dan Nabi Saw. memerintahkan agar pengemis itu diberi sebiji buah kurma pula. Maka pengemis itu berkata, "Mahasuci Allah, sebiji buah kurma dari Rasulullah." Maka Nabi Saw. bersabda kepada pelayan perempuannya, "Pergilah kamu ke rumah Ummu Salamah dan berikanlah kepada pengemis ini empat puluh dirham yang ada padanya."
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Imarah ibnu Zadan (salah seorang perawinya) dinilai siqah oleh Ibnu Hibban, Ahmad, dan Ya'qub ibnu Sufyan. Ibnu Mu'in mengatakan bahwa dia adalah seorang saleh. Menurut Abu Zar'ah, dia terpakai hadisnya. Abu Hatim mengatakan bahwa hadisnya dapat ditulis, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai pegangan karena predikatnya kurang kuat. Imam Bukhari mengatakan, barangkali Imarah ibnu Zadan ini orangnya mudtarib dalam hadisnya. Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa Imarah meriwayatkan banyak hadis yang berpredikat munkar. Abu Daud mengatakan bahwa dia tidak separah itu. Ia dinilai daif oleh Imam Daruqutni. Ibnu Addi mengatakan bahwa dia tidak mengapa dan termasuk orang (perawi) yang dapat ditulis hadisnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Dan Musa berkata, "Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)
Allah Mahakaya (tidak memerlukan) ungkapan syukur hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha Terpuji, sekalipun Dia diingkari oleh orang-orang yang mengingkari-Nya. Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ}
Jika kalian kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) kalian. (Az-Zumar: 7), hingga akhir ayat.
{فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ}
lalu mereka ingkar dan berpaling, dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (At-Taghabun: 6)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan hadis melalui Abu Zar, dari Rasulullah Saw. dalam salah satu hadis qudsinya, bahwa Allah Swt. telah berfirman:
"يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، لَوْ أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، قاموا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، إلا كما ينقُص المخْيَط إذا أدخل في الْبَحْرِ".
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terakhir dari kalangan umat manusia dan jin semuanya memiliki kalbu seperti kalbu seseorang di antara kalian yang paling bertakwa, tiadalah hal tersebut menambahkan sesuatu dalam kerajaan-Ku barang sedikit pun. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terakhir dari kalangan umat manusia dan jin semuanya memiliki kalbu seperti kalbu seseorang di antara kalian yang paling durhaka, hal tersebut tidaklah mengurangi sesuatu pun dalam kerajaan-Ku barang sedikit pun. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang pertama dari kalian dan yang terakhir dari kalangan umat manusia dan jin semuanya berdiri di suatu lapangan, kemudian mereka meminta kepada-Ku, lalu Aku memberi kepada setiap orang apa yang dimintanya, tiadalah hal itu mengurangi kerajaan-Ku barang sedikit pun, melainkan sebagaimana berkurangnya laut bila dimasukkan sebuah jarum ke dalamnya.
Mahasuci Allah dan Mahatinggi Tuhan Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.

Ibrahim, ayat 9

{أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلا اللَّهُ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ (9) }
Belumkah sampai kepada kalian berita orang-orang sebelum kalian (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Samud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata, lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya.”
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal ini merupakan kelanjutan dari perkataan Musa a.s. kepada kaumnya. Dengan kata lain, Musa a.s. menggugah kaumnya agar ingat akan hari-hari Allah, yaitu pembalasan-Nya terhadap umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah. Akan tetapi, pendapat Ibnu Jarir ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa hal ini merupakan kalimat permulaan yang mengandung berita dari Allah, ditujukan kepada umat ini. Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya kisah mengenai kaum 'Ad dan kaum Samud tidak terdapat di dalam kitab Taurat. Seandainya apa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan bagian dari perkataan Musa a.s. kepada kaumnya yang berupa kisah-kisah tentang umat terdahulu, maka sudah barang tentu kisah tentang kedua umat tersebut disebutkan di dalam kitab Taurat.
Kesimpulannya: Allah Swt. telah menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nuh, kaum 'Ad, kaum Samud, dan umat-umat lainnya di masa silam yang mendustakan para rasul. Jumlah mereka tidak terhitung, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya.
Telah datang kepada mereka rasul-rasul (dengan membawa) bukti-bukti. (Ibrahim: 9) Yakni hujah-hujah dan bukti-bukti yang jelas dan terang lagi mematahkan hujah lawan.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. (Ibrahim: 9) Abdullah Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa berdustalah orang-orang ahli nasab. Urwah ibnuz Zubair mengatakan, "Kami tidak menemukan seorang (ahli nasab) pun yang mengetahui terusan nasab sesudah Ma'd Ibnu Adnan:
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ}
lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya. (Ibrahim: 9)
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Menurut suatu pendapat, mereka mengisyaratkan ke arah mulut para rasul dengan maksud menyuruh para rasul diam saat para rasul menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud ialah mereka menutupkan tangannya ke mulutnya karena mendustakan dan benci terhadap seruan para rasul.
Menurut pendapat lainnya lagi, ungkapan ini merupakan reaksi dari mereka yang tidak mau memenuhi seruan para rasul.
Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, dan Qatadah mengatakan bahwa mereka mendustakan para rasul dan menjawab seruan para rasul itu dengan mulut mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, pengarahan untuk memahami ungkapan ini perlu dijelaskan; bahwa huruf fi dalam ayat ini bermakna ba, karena pernah didengar dari orang Arab ada yang mengatakan Adkhalakallahu Bil Jannah. Mereka bermaksud bahwa 'semoga Allah memasukkanmu ke dalam surga'.
Salah seorang penyair mengatakan:
وَأَرْغَبُ فِيهَا عَن لَقيطٍ ورهْطه ... عَن سِنْبس لَسْتُ أرْغَب ...
Saya menyukainya sebagai ganti dari Laqit dan kabilahnya, tetapi saya tidak suka terhadap Sanbas.
Menurut kami, dapat dikatakan bahwa pendapat yang dikemukakan oleh Mujahid diperbuat dengan adanya tafsir hal tersebut melalui ayat selanjutnya, yaitu firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ}
dan mereka berkata.”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kalian disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kalian ajak kami kepadanya.” (Ibrahim: 9)
Seakan-akan ayat ini —hanya Allah yang lebih mengetahui— merupakan tafsir yang menjelaskan makna yang dimaksud dalam firman sebelumnya, yaitu:
{فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ}
lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian). (Ibrahim: 9)
Sufyan As-Sauri dan Israil telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah, sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian) (Ibrahim: 9) Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka menutupkan tangannya ke mulutnya karena benci.
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abu Hurairah ibnu Maryam, dari Abdullah, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud telah mengatakan hal yang serupa.
Pendapat ini dipilih oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Ibnu Jarir menguatkan pendapat yang dipilihnya ini dengan mengemukakan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal orang-orang munafik:
{وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ}
dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. (Ali-Imran: 119)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika mereka mendengar Kalamullah, mereka merasa heran, lalu menutupkan tangan mereka ke mulutnya seraya berkata: dan mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kalian disuruh menyampaikannya (kepada kami)." (Ibrahim: 9), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kami tidak percaya kepada apa yang kamu sampaikan itu, dan sesungguhnya kami meragukannya dengan keraguan yang kuat."

Ibrahim, ayat 10-12

{قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (10) قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (11) وَمَا لَنَا أَلا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ (12) }
Rasul-rasul mereka berkata, "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kalian untuk memberi ampunan kepada kalian dari dosa-dosa kalian dan menangguhkan (siksaan) kalian sampai masa yang ditentukan?” Mereka berkata, "Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kalian menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami. Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.” Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kalian melainkan dengan seizin Allah. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang beriman bertawakal. Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri."
Allah Swt. menceritakan perdebatan yang berlangsung antara orang-orang kafir dan rasul-rasul-Nya. Demikian itu karena ketika para rasul mendapat jawaban keraguan dari pihak umatnya masing-masing terhadap apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka, yang intinya menyeru agar mereka menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka berkatalah para rasul:
{أَفِي اللَّهِ شَكٌّ}
Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah. (Ibrahim: 10)
Kalimat ini mengandung dua interpretasi, yaitu:
Pertama, apakah ada keragu-raguan terhadap keberadaan-Nya. Karena sesungguhnya fitrah manusia mempersaksikan keberadaan-Nya, dan fitrah manusia telah diciptakan dalam keadaan mengakui keberadaan Allah sebagai Tuhannya. Orang yang memiliki fitrah yang sehat pasti mengakui Allah, tetapi adakalanya fitrah manusia dijangkiti oleh penyakit keragu-raguan dan kelabilan. Maka untuk menyembuhkannya diperlukan sarana bukti (dalil) yang menunjukkan keberadaan-Nya guna melenyapkan keragu-raguan itu. Untuk itulah maka para rasul memberikan bimbingan dan petunjuk kepada mereka ke arah jalan yang menghantarkan mereka untuk dapat mengenal-Nya. Maka disebutkanlah:
{فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Pencipta langit dan bumi? (Ibrahim: 10)
yang Dia ciptakan dan Dia adakan tanpa contoh yang mendahuluinya. Karena sesungguhnya bukti-bukti kejadian, penciptaan, dan pengaturan yang ada pada keduanya menunjukkan bahwa pasti ada yang membuatnya. Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, Dialah Tuhan dan pemiliknya.
Kedua, sejumlah ulama mengartikan firman-Nya: Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah. (Ibrahim: 10)  Yakni sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang harus disembah, padahal Dia­lah yang menciptakan semua yang ada; tiada yang berhak disembah selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya sebagian besar umat manusia mengakui Tuhan Yang Maha Pencipta, tetapi mereka menyembah selain-Nyayang dipersekutukan dengan-Nya, yaitu perantara-perantara yang mereka duga dapat memberikan manfaat kepada mereka atau dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Para rasul mereka berkata kepada mereka:
يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ
Dia menyeru kalian untuk memberi ampunan kepada kalian dari dosa-dosa kalian. (Ibrahim: 10)
Yakni di hari akhirat kelak.
{وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
dan menangguhkan (siksaan) kalian sampai masa yang ditentukan. (Ibrahim: 10)
Yaitu di dunia ini.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ} الْآيَةَ
dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan kalian dan bertobat kepada-Nya. (Jika kalian mengerjakan yang demikian itu), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepada kalian sampai waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (Hud: 3), hingga akhir ayat.
Kemudian setelah umat-umatnya kalah berdebat dengan para rasul mereka, maka mereka beralih alasan untuk menolak dengan cara mendebat kedudukan rasul yang disandangnya. Kesimpulan jawaban mereka disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}
Kalian tidak lain hanyalah manusia biasa seperti kami juga, (Ibrahim: 10)
Yakni mana mungkin bagi kami mengikuti kalian hanya dengan perkataan kalian, sedangkan kami belum melihat adanya suatu mukjizat dari kalian, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya menyitir kata-kata mereka dalam firman selanjutnya:
{فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata. (Ibrahim: 10)
Yaitu suatu mukjizat yang kami minta dari kalian mengemukakannya. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka:
{إِنْ نَحْنُ إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}
 "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kalian.” (Ibrahim: 11)
Artinya, memang benar kami adalah manusia biasa seperti kalian.
{وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. (Ibrahim: 11)
Yakni kerasulan dan kenabian.
{وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ}
Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kalian. (Ibrahim: 11)
sesuai dengan apa yang kalian minta,
{إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ}
melainkan dengan izin Allah. (Ibrahim: 11)
Yakni sesudah kami minta kepada-Nya dan Dia mengizinkan kepada kami untuk mengeluarkannya.
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ}
Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal. (Ibrahim: 11)
Yaitu dalam semua urusan mereka. Kemudian para rasul berkata:
{وَمَا لَنَا أَلا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ}
Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah. (Ibrahim: 12)
Maksudnya, apakah yang mencegah kami untuk bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjuki kami jalan yang paling lurus, paling jelas, dan paling gamblang.
{وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا}
dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. (Ibrahim: 12)
seperti perkataan yang buruk dan perbuatan-perbuatan yang rendah.
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ}
Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri. (Ibrahim: 12)

Ibrahim, ayat 13-17

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13) وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ (14) وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ (15) مِنْ وَرَائِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ (16) يَتَجَرَّعُهُ وَلا يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ (17) }
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kalian dari negeri kami atau kalian kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.” Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak dapat menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat.
Allah Swt. menceritakan tentang ancaman yang dikatakan oleh umat-umat yang kafir terhadap rasul-rasul mereka, yaitu bahwa mereka akan mengusir para rasul dari negeri mereka agar para rasul jauh terbuang dari pandangan mereka. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh kaum Syu'aib terhadapnya dan orang-orang yang beriman kepadanya, yaitu:
{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا}
Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu 'aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami. (Al-A'raf: 88), hingga akhir ayat.
Juga seperti yang dikatakan oleh kaum Lut, yaitu:
{أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian. (An-Naml: 56), hingga akhir ayat.
Allah Swt. pun berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik Quraisy:
{وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الأرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلافَكَ إِلا قَلِيلا}
Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu darinya; dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja. (Al-Isra: 76)
{وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (Al-Anfal: 30)
Maka di antara pembalasan Allah terhadap mereka yang kafir ialah Allah memenangkan Rasul-Nya, dan menolongnya, serta menjadikan kaum Anshar, dan pasukan kaum muslim yang berjuang di jalan Allah Swt. sebagai pembelanya, setelah ia diusir dari Mekah. Allah Swt. terus-menerus meninggikan namanya tahap demi tahap, hingga memberikan kepadanya kemenangan atas kota Mekah yang penduduknya pernah mengusirnya. Dan Allah menguasakan kota Mekah kepada Nabi Saw. serta menghinakan musuh-musuh kaum muslim dari kalangan penduduk Mekah dan semua penduduk bumi. Pada akhirnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, dan kalimah Allah serta agama-Nya menang atas agama lainnya yang ada di kawasan timur dan barat dalam masa yang cukup singkat. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ}
Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah mereka.” (Ibrahim: 13-14)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ}
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (Ash-Shaffat: 171-173)
{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21)
{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ}
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz. (Al-Anbiya: 105), hingga akhir ayat.
{قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
Musa berkata kepada kaumnya.”Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-A'raf: 128)
Dan firman Allah Swt.:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang ditindas itu, negeri-negeri bagian timur dan bagian barat yang telah Kami beri berkah kepadanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ}
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku. (Ibrahim: 14)
Artinya, yang demikian itu adalah untuk orang yang takut kepada kedudukan-Ku di hari kiamat dan takut akan ancaman-Ku, yaitu azab dan siksaan-Ku. Ayat tersebut semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى}
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 37-39)
{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ}
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاسْتَفْتَحُوا}
Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka). (Ibrahim: 15)
Maksudnya, para rasul itu meminta pertolongan kepada Tuhannya dalam menghadapi kaumnya masing-masing. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah.
Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, umat-umat itu meminta keputusan untuk diri mereka sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka:
{اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)
Akan tetapi, dapat pula dikatakan bahwa pendapat yang pertama merupakan makna yang dimaksud, bagitu pula pendapat yang kedua. Sebagaimana mereka pernah meminta keputusan untuk diri mereka dalam Perang Badar; Rasul Saw. meminta keputusan pula untuk menang, dan ternyata beliaulah yang menang. Allah Swt. telah berfirman kepada orang-orang musyrik:
{إِنْ تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَاءَكُمُ الْفَتْحُ وَإِنْ تَنْتَهُوا فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ} الْآيَةَ
Jika kamu (orang-orang musyrik) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepada kalian; dan jika kalian berhenti, maka itulah yang lebih baik bagi kalian. (Al-Anfal: 19), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ}
dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. (Ibrahim: 15)
Yakni berlaku melewati batas lagi menentang kebenaran, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ}
Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat. (Qaf: 24-26)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّهُ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتُنَادِي الْخَلَائِقَ فَتَقُولُ: إِنِّي وُكلت بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ"
Bahwa sesungguhnya kelak di hari kiamat neraka Jahannam akan didatangkan, lalu neraka Jahannam berseru kepada semua makhluk seraya berkata, "Sesungguhnya aku diberi kuasa untuk menyiksa setiap orang yang sewenang-wenang lagi keras kepala.”
Kecewa dan merugilah dia, yaitu di saat para nabi berupaya keras dalam ibtihal-nya kepada Tuhannya Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa (untuk meminta pertolongan kepada-Nya).
*******************
Firman Allah Swt.:
{مِنْ وَرَائِهِ جَهَنَّمُ}
di hadapannya ada Jahannam. (Ibrahim: 16)
Maka wara' dalam ayat ini berarti di hadapan (bukan di belakang), perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا}
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (Al-Kahfi: 79)
Dan tersebutlah bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Wakana Amamahum Malikun.
Makna ayat: Di hadapan orang-orang yang sewenang-wenang lagi keras kepala ada neraka Jahannam yang menunggu-nunggunya untuk ia tempati sebagai tempat yang tetap buatnya untuk selama-lamanya di hari kiamat kelak. Neraka Jahannam selalu ditampilkan kepadanya setiap pagi dan petang (di alam kubur) hingga hari kiamat.
{وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ}
dan dia akan diberi minuman dengan air nanah. (Ibrahim: 16)
Yakni di dalam neraka tiada minuman baginya kecuali minuman air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Minuman yang pertama sangat panas, sedangkan minuman yang kedua sangat dingin lagi sangat busuk, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Shad: 57-58)
Mujahid dan Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah nanah yang bercampur dengan darah.
Menurut Qatadah yaitu cairan yang keluar dari daging dan kulitnya (keringat ahli neraka).
Menurut riwayat lain yang bersumberkan dari Qatadah, yang dimaksud dengan istilah sadid ialah sesuatu yang keluar dari perut orang kafir yang berupa nanah bercampur dengan darah.
Di dalam hadis Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan, disebutkan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Tinatul Khaball" Maka Rasulullah Saw. menjawab:
"صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ" وَفِي رِوَايَةٍ: "عُصَارة أَهْلِ النَّارِ"
Nanah ahli neraka. Menurut riwayat lain adalah: Perasan keringat ahli neraka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ بُرْ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ يَتَجَرَّعُهُ} قَالَ: "يُقَرَّبُ إِلَيْهِ فَيَتَكَرَّهُهُ، فَإِذَا أُدْنِيَ مِنْهُ شَوى وَجْهَهُ، وَوَقَعَتْ فَرْوَةُ رَأْسِهِ، فَإِذَا شَرِبَهُ قَطَّعَ أَمْعَاءَهُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ دُبُرِهِ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى {وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ} [مُحَمَّدٍ: 15] ، وَيَقُولُ: {وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Ubaidillah ibnu Bisyr, dari Abu Umamah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman Allah Swt.: dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu. (Ibrahim: 16-17) Nabi Saw. bersabda: Disuguhkan kepadanya minuman itu, dan dipaksakan kepadanya Apabila didekatkan kepadanya, maka hanguslah mukanya dan berguguranlah rambut kepalanya. Apabila ia meminumnya, maka hancurlah isi perutnya sehingga isi perutnya keluar dari duburnya. Allah Swt. berfirman: dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya. (Muhammad: 15) Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidihyang menghanguskan muka. (Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama.
Dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah ibnul Walid, dariShafwan ibnu Amr dengan sanad yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَتَجَرَّعُهُ}
diminumnya air nanah itu. (Ibrahim: 17)
Yakni diminumkan kepadanya dengan paksa. Bila ia tidak mau mereguknya, maka malaikat memukulnya dengan gada besi, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ}
Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. (Al-Hajj: 21)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا يَكَادُ يُسِيغُهُ}
dan hampir dia tidak bisa menelannya. (Ibrahim: 17)
Artinya, dia menolaknya karena rasa, bau, dan warnanya yang sangat buruk; serta panas atau dinginnya yang tak tertahankan.
{وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru. (Ibrahim: 17)
Yaitu terasa sangat sakit semua tubuh dan anggota badannya karena siksaan itu.
Menurut Amr ibnu Maimun ibnu Mahran, makna yang dimaksud ialah bahaya maut terasakan oleh semua tulang, urat, dan syarafnya (karena sangat kerasnya siksaan).
Ikrimah mengatakan bahwa kepedihan siksaan terasa sampai ke ujung-ujung rambutnya.
Ibrahim At-Taimi mengatakan, rasa sakit siksaan terasa oleh seluruh tubuh hingga ujung-ujung rambut yang tumbuh di seluruh tubuhnya.
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru. (Ibrahim: 17) Yakni dari arah depan dan belakangnya. Menurut riwayat lain, dari arah kanan dan kirinya, dari bagian atas dan bawahnya serta seluruh tubuhnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru. (Ibrahim: 17) Maksudnya, berbagai macam siksaan yang ditimpakan oleh Allah kepada ahli neraka di hari kiamat kelak di dalam neraka Jahannam. Tiada suatu macam siksaan pun melainkan mendatangkan maut, seandainya ada maut saat itu; tetapi ia tidak dapat mati, karena Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
{لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا}
Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36)
Pengertian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ialah bahwa tiada suatu macam siksaan pun dari berbagai macam siksaan itu melainkan bila ditimpakan kepada seorang ahli neraka pastilah ia binasa, seandainya dia dapat binasa (mati). Akan tetapi, ia tidak dapat mati agar ia tetap kekal dalam keabadian azab dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ}
dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati. (Ibrahim: 17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ}
dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim: 17)
Maksudnya, sesudah itu dia masih harus mengalami azab lain yang sangat keras, yakni siksaan yang sangat menyakitkan, sangat sulit, dan sangat keras lebih daripada siksaan yang sebelumnya; lebih mengerikan dan lebih pahit. Di antaranya ialah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang pohon zaqqum yang ada di neraka, yaitu:
{إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ}
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim, mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buahzaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (Ash-Shaffat: 64-68)
Allah Swt. menceritakan bahwa penghuni neraka adakalanya disiksa dengan disuruh memakan buah zaqqum, adakalanya disuruh meminum minuman yang panas, adakalanya pula dimasukkan ke dalam neraka Jahim. Semoga Allah melindungi kita dari siksaan-siksaan tersebut. Itulah siksa neraka yang disebutkan oleh firman-Nya:
{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}
Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 43-44)
{إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ طَعَامُ الأثِيمِ كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ كَغَلْيِ الْحَمِيمِ خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ}
Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia, kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang sangat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kalian meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 43-50)
{وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ لَا بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ}
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (Al-Waqi'ah: 41-44)
{هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk, (yaitu) neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat tinggal. Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Shad: 55-58)
Masih banyak lagi ayat lainnya yang menunjukkan keanekaragaman azab yang ditimpakan kepada ahli neraka yang tiada mengetahui jenis, macam, dan bentuknya melainkan hanya Allah Swt. sebagai pembalasan yang setimpal dengan amal perbuatan masing-masing.
{وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ}
dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). (Fushshilat: 46)

Ibrahim, ayat 18

{مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ (18) }
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat meng­ambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Ayat ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah beserta-Nya dan mendustakan rasul-rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang membina amal perbuatannya bukan pada landasan yang benar, sehingga runtuh dan lenyaplah bangunannya, padahal ia sangat memerlukannya. Allah Swt. berfirman:
{مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ}
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka. (Ibrahim: 18)
Yakni perumpamaan amal perbuatan mereka kelak di hari kiamat apabila mereka meminta pahalanya dari Allah Swt. Demikian itu karena mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam kebenaran, tetapi ternyata tiada satu pahala pun yang mereka dapatkan. Tiada hasil bagi amalan-amalan mereka kecuali sebagaimana debu yang lenyap diterbangkan oleh angin badai yang amat besar, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ}
pada suatu hari yang berangin kencang. (Ibrahim: 18)
Yaitu hari yang berangin sangat kencang lagi kuat. Maka mereka tidak mendapatkan sesuatu pun dari amal-amal perbuatan yang mereka upayakan ketika di dunia. Keadaannya tiada lain seperti seseorang yang mengumpulkan debu di hari yang berangin sangat kuat. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23)
{مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ}
Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Ali Imran: 117)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjukkepada orang-orang yangkafir. (Al-Baqarah: 264)
Sedangkan firman Allah Swt. dalam ayat berikut ini:
{ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ}
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 18)
Artinya, usaha dan amal mereka tidak mempunyai landasan, tidak pula lurus, sehingga mereka kehilangan pahalanya di saat mereka sangat memerlukannya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 18)

Ibrahim, ayat 19-20

{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (19) وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ (20) }
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.
Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dalam menghidupkan kembali tubuh manusia kelak di hari kiamat, bahwasanya Dialah yang menciptakan langit dan bumi, menciptakan keduanya jauh lebih berat ketimbang menciptakan manusia. Maka bukankah Tuhan yang mampu menciptakan langit —yang tinggi, luas, lagi besar— beserta segala sesuatu yang ada padanya, seperti bintang-bintang yang tetap pada tempatnya dan yang beredar pada garis edarnya serta tanda-tanda (kekuasaan-Nya) yang ada padanya; dan bumi ini beserta segala sesuatu yang ada padanya, yaitu dataran-dataran rendahnya, gunung-gunungnya, hutan rimbanya, padang saharanya, laut-lautnya, pohon-pohonnya, tumbuh-tumbuhannya; dan segala macam hewan yang beraneka ragam jenis, manfaat, bentuk dan warnanya; mampu pula untuk menghidupkan manusia? Jawabannya, tentu saja mampu.
Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya, (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33)
{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami men­ciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakan-nyayang pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kalian nyalakan (api) dari kayu itu.” Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (Yasin: 77-­83)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ}
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. (Ibrahim: 19-20)
Maksudnya, tidak sulit bagi-Nya, tidak pula sukar; bahkan hal itu amat mudah bagi-Nya. Apabila kalian menentang perintah-Nya, bisa saja Dia melenyapkan kalian dan mendatangkan makhluk lain yang bersifat tidak sama dengan kalian, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ}
Hai manusia, kalianlah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah, Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kalian). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Fathir: 15­-17)
{وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ}
Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian. (Muhammad: 38)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ}
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al-Maidah: 54)
{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا}
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kalian, wahai manusia; dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai pengganti kalian). Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian. (An-Nisa: 133)

Ibrahim, ayat 21

{وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21) }
Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong, "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut kalian, maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?” Mereka menjawab, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”
Firman Allah Swt.:
{وَبَرَزُوا [لِلَّهِ]}
Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul. (Ibrahim: 21)
Yakni semua makhluk —baik yang taat maupun yang durhaka— berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha-menang. Dengan kata lain, mereka berkumpul di suatu lapangan (Padang Mahsyar). Di tempat itu tiada sesuatu pun yang menutupi seorang pun.
{فَقَالَ الضُّعَفَاءُ}
Maka berkatalah orang-orang yang lemah. (Ibrahim: 21)
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti pemimpin, panglima, dan pembesar mereka. kepada orang-orang yang sombong. (Ibrahim: 21) yang tidak mau menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan tidak mau taat kepada para rasul. Orang-orang yang lemah itu berkata kepada mereka:
{إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا}
Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut kalian. (Ibrahim: 21)
Maksudnya, dahulu manakala kalian memerintahkan sesuatu kepada kami, kami selalu taat dan mengerjakannya.
{فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ}
maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? (Ibrahim: 21)
Yakni dapatkah kalian menghindarkan, kami dari azab Allah seperti yang pernah kalian janjikan kepada kami di masa lalu? Maka para pemimpin mereka berkata kepada mereka:
{لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ}
Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. (Ibrahim: 21)
Tetapi telah pasti atas diri kami azab Tuhan kami, serta takdir Allah telah menentukan kami dan kalian untuk menerimanya. Dan kepastian siksaan Allah telah ditetapkan atas orang-orang kafir.
{سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ}
Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri. (Ibrahim: 21)
Artinya, tiada keselamatan bagi kita dari apa yang sedang kita alami sekarang, baik kita bersabar ataupun mengeluh terhadapnya.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa sesungguhnya sebagian dari ahli neraka berkata kepada sebagian yang lain, "Marilah kalian semua, sesungguhnya ahli surga memperoleh surga tiada lain berkat tangisan dan permohonan mereka dengan rendah diri kepada Allah Swt. Sekarang marilah kita menangis dan memohon dengan rendah diri kepada Allah." Lalu menangislah mereka seraya memohon kepada Allah dengan berendah diri. Setelah mereka merasakan bahwa hal itu tidak bermanfaat, berkatalah mereka, "Sesungguhnya ahli surga memperoleh surga tiada lain berkat kesabaran mereka, maka marilah kita bersabar." Kemudian bersabarlah mereka dengan kesabaran yang belum pernah terlihat mereka melakukan­nya. Akan tetapi, ternyata kesabaran mereka tidak bermanfaat pula. Maka saat itu juga mereka berkata: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. (Ibrahim: 21), hingga akhir ayat.
Menurut kami, makna lahiriah dari perdebatan yang terjadi di dalam neraka sesudah mereka berada di dalamnya sama saja pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ}
Dan (ingatlah) ketika mereka berbantah-bantahan dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikut kalian, maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami sebagian azab api neraka?" Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya).'' (Al-Mu’min: 47-48)
{قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأولاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ وَقَالَتْ أُولاهُمْ لأخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ}
Allah berfirman, "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kalian. Setiap sesuatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya, berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, "Ya Tuhan kami. mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kalian tidak mengetahui.” Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian, "Kalian tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kalian lakukan." (Al-A'raf: 38-39)
{يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. (Al-Ahzab: 67-68)
Adapun mengenai perdebatan mereka (ahli neraka) di Padang Mahsyar, hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan (alangkah) hebatnya kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau tidaklah karena kalian, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, "Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? (Tidak), sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa." Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya (kalian) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba': 31-33)

Ibrahim, ayat 22-23

{وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22) وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ (23) }
Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah 'salam'.
Allah Swt. menceritakan pembicaraan iblis terhadap para pengikutnya setelah Allah menetapkan keputusan di antara hamba-hamba-Nya, dan Allah memasukkan orang-orang mukmin ke dalam surga serta menempatkan orang-orang kafir di dalam lapisan bawah neraka. Maka pada hari itu berdirilah iblis di kalangan ahli neraka seraya berkhotbah kepada mereka untuk menambah kesedihan di atas kesedihan yang sedang mereka alami, menambahkan kerugian di atas kerugian, dan kekecewaan di atas kekecewaan. Iblis berkata kepada penduduk neraka:
{إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ}
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar. (Ibrahim: 22)
Yaitu melalui lisan rasul-rasul-Nya, dan Dia menjanjikan kepada kalian bila kalian mengikuti para rasul, Dia akari menyelamatkan dan menyejahtera­kan kalian; dan janji Allah itu dipenuhi-Nya, karena janji-Nya adalah benar dan beritanya benar pula. Adapun aku, maka aku pernah berjanji kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا}
Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkit­kan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 120)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ}
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian. (Ibrahim: 22)
Maksudnya 'dalam apa yang aku serukan untuk kalian kepadanya tiadalah suatu dalil pun, tiada pula suatu bukti pun; begitu pula dalam apa yang telah aku janjikan kepada kalian'.
{إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي}
melainkan (sekadar) menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. (Ibrahim: 22)
tanpa berpikir panjang lagi, padahal telah ditegakkan atas kalian hujah-hujah dan bukti-bukti serta dalil-dalil yang benar yang disampaikan oleh para rasul sebagai bukti akan kebenaran dari apa yang mereka sampaikan kepada kalian. Tetapi ternyata kalian menentang mereka, sehingga jadilah kalian seperti dalam keadaan sekarang ini.
{فَلا تَلُومُونِي}
Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku (Ibrahim: 22)
pada hari ini.
{وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ}
tetapi cercalah diri kalian sendiri. (Ibrahim: 22)
karena sesungguhnya kesalahan itu adalah kesalahan kalian sendiri, sebab kalian menentang bukti-bukti yang jelas, lalu kalian mengikutiku hanya karena aku menyeru kalian kepada kebatilan.
{مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ}
Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian. (Ibrahim: 22)
Yakni aku tidak dapat memberikan manfaat kepada kalian, tidak pula dapat menyelamatkan dan membebaskan kalian dari keadaan yang kalian alami sekarang.
{وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ}
dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. (Ibrahim: 22)
Maksudnya, tidak dapat memberikan manfaat kepadaku dengan me­nyelamatkan diriku dari azab dan pembalasan-Nyayang sedang kualami.
{إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ}
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. (Ibrahim: 22)
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah disebabkan kalian mempersekutukan aku dengan Allah sejak dahulu.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa setan berkata, "Sesungguhnya aku tidak membenarkan bila diriku dianggap sebagai sekutu Allah Swt."
Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini merupakan pendapat yang rajih (kuat), semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nyasampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)
{كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}
sekali-kali tidak. Kelak (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الظَّالِمِينَ}
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu. (Ibrahim: 22)
karena berpaling dari perkara yang hak dan mengikuti perkara yang batil.
{لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim: 22)
Makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa pembicaraan ini dilakukan oleh iblis sesudah mereka memasuki neraka, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya.
Tetapi disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim yang lafaznya seperti berikut, juga oleh Ibnu Jarir melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Ziyad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنِي دُخَيْنٌ الحَجْري، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ، فَقَضَى بَيْنَهُمْ، فَفَرَغَ مِنَ الْقَضَاءِ، قَالَ الْمُؤْمِنُونَ: قَدْ قَضَى بَيْنَنَا رَبُّنَا، فَمَنْ يَشْفَعُ لَنَا؟ فَيَقُولُونَ: انْطَلِقُوا بِنَا إِلَى آدَمَ -وَذَكَرَ نُوحًا، وَإِبْرَاهِيمَ، وَمُوسَى، وَعِيسَى -فَيَقُولُ عِيسَى: أَدُلُّكُمْ عَلَى النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ. فَيَأْتُونِي، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي أَنْ أَقُومَ إِلَيْهِ فَيَثُورُ [مِنْ] مَجْلِسِي مِنْ أَطْيَبِ رِيحٍ شَمَّهَا أَحَدٌ قَطُّ، حَتَّى آتِيَ رَبِّي فَيُشَفِّعَنِي، وَيَجْعَلَ لِي نُورًا مِنْ شَعَرِ رَأْسِي إِلَى ظُفْرِ قَدَمِي، ثُمَّ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا: قَدْ وَجَدَ الْمُؤْمِنُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَهُمْ، فَمَنْ يَشْفَعُ لَنَا؟ مَا هُوَ إِلَّا إِبْلِيسُ هُوَ الَّذِي أَضَلَّنَا، فَيَأْتُونَ إِبْلِيسَ فَيَقُولُونَ: قَدْ وَجَدَ الْمُؤْمِنُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَهُمْ، فَقُمْ أَنْتَ فَاشْفَعْ لَنَا، فَإِنَّكَ أَنْتَ أَضْلَلْتَنَا. فَيَقُومُ فَيَثُورُ مِنْ مَجْلِسِهِ مِنْ أَنْتَنِ رِيحٍ شَمَّهَا أَحَدٌ قَطُّ، ثُمَّ يَعْظُمُ نَحِيبُهُمْ {وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ}
telah menceritakan kepadaku Dakhin Al-Hijri, dari Uqbah ibnu Amir, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda, "Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, maka Allah memutuskan peradilan di antara mereka. Dan setelah selesai dari peradilan, orang-orang mukmin berkata, 'Telah diputuskan oleh Tuhan kita di antara sesama kita, maka siapakah yang dapat memberikan syafaat kepada kita?' Mereka berkata, 'Marilah kita berangkat menghadap Adam,' lalu disebutkan Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi Isa berkata, 'Maukah kalian aku tunjukkan kepada Nabi yang ummi’ Maka mereka datang kepadaku, dan Allah memberikan izin kepadaku untuk menghadap kepada-Nya. Maka dari majelisku tersebarlah bau wewangian yang pal­ing wangi yang belum pernah tercium oleh seorang pun. Akhirnya sampailah aku ke hadapan Tuhanku, maka Dia memberiku izin untuk memberi syafaat, dan Dia menjadikan bagiku nur (cahaya) mulai dari rambut kepalaku hingga kuku jari telapak kakiku. Kemudian orang-orang kafir berkata, 'Sesungguhnya orang-orang mukmin telah menjumpai orang yang memberi syafaat buat mereka. Maka siapakah yang akan memberi syafaat buat kita? Dia tiada lain kecuali iblis yang telah menyesatkan kita.' Maka mereka mendatangi iblis dan mengatakan kepadanya, ' Sesungguhnya orang-orang mukmin telah menjumpai orang yang mem­beri syafaat buat mereka. Maka bangkitlah kamu dan mintakanlah syafaat buat kami, karena sesungguhnya kamu adalah yang menyesatkan kami.' Iblis bangkit, dan dari majelisnya tersebarlah bau busuk yang amat busuk yang belum pernah tercium oleh seorang pun, kemudian siksaan mereka bertambah besar." Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri.” (Ibrahim: 22)
Demikianlah bunyi hadis menurut teks yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Al-Mubarak meriwayatkannya dari Rasyidin ibnu Sa'd, dari Abdur Rahman ibnu Ziyad ibnu An'am, dari Dakhin, dari Uqbah dengan lafaz yang sama secara marfu'.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa ketika ahli neraka berkata: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Sekali-kali tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri. (Ibrahim: 21) Maka iblis berkata kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat. Setelah mereka mendengar ucapan iblis, maka mereka membenci diri mereka sendiri, lalu mereka diseru: Sesungguhnya kebencian Allah (kepada kalian) lebih besar dari­pada kebencian kalian kepada diri kalian sendiri karena kalian diseru untuk beriman, lalu kalian kafir. (Al-Mu’min: 10)
Amir Asy-Sya'bi mengatakan bahwa di hari kiamat kelak akan ada dua pembicaraan yang berbicara di hadapan semua orang. Allah Swt. berfirman kepada Isa, putra Maryam: Apakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' (Al-Maidah: 116) sampai dengan firman-Nya: Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. (Al-Maidah: 119) Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa iblis laknatulldh berdiri, lalu berkata: Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi semanku. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat.
*******************
Setelah Allah Swt. menyebutkan tempat kembali orang-orang yang celaka dan kehinaan serta pembalasan Allah yang mereka terima —dan setelah disebutkan bahwa teman bicara mereka adalah iblis— maka Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang berbahagia. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Ibrahim: 23) Sungai-sungai itu mengalir menurut apa yang dikehendaki oleh penghuni surga. Ke mana pun mereka menghendaki, maka sungai-sungai itu menuruti mereka dalam alirannya.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Ibrahim: 23)
Yakni tinggal untuk selama-lamanya, tidak dipindahkan dan tidak dilenyapkan darinya.
{بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ}
dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah 'salam'. (Ibrahim: 23)
Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atas'kalian.” (Az-Zumar: 73)
{وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum." (Ar-Ra'd: 23-24)
{وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا}
dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al-Furqan: 75)
Dan firman Allah Swt.:
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Doa mereka di dalamnya ialah, "Subhanakallahumma" dan salam penghormatan mereka ialah, "Salam.” Dan penutup doa mereka ialah, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin." (Yunus: 10) .

Ibrahim, ayat 24-26

{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) }
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: perumpamaan kalimat yang baik. (Ibrahim: 24) Yakni syahadat atau persaksian yang bunyinya 'tidak ada Tuhan selain Allah'. seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) Yang dimaksud ialah orang mukmin. akarnya teguh. (Ibrahim: 24) Yaitu kalimat, 'Tidak ada Tuhan selain Allah' tertanam dalam di hati orang mukmin. dan cabangnya (menjulang) ke langit. (Ibrahim: 24) Maksudnya, berkat kalimat tersebut amal orang mukmin dinaikkan ke langit.
Demikianlah menurut Ad-Dahhak, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya hal ini merupakan perumpamaan tentang amal perbuatan orang mukmin, ucapannya yang baik, dan amalnya yang saleh. Dan sesungguhnya orang mukmin itu seperti pohon kurma, amal salehnya terus-menerus dinaikkan (ke langit) baginya di setiap waktu, pagi dan petang.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Juga menurut riwayat Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas, bahwa pohon itu adalah pohon kurma.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Syu'aib ibnul Habhab, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mendapat kiriman sekantong buah kurma. Maka beliau Saw. membaca firman-Nya: perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) Yakni pohon kurma.
Tetapi telah diriwayatkan melalui jalur ini dari lainnya (Syu'aib ibnul Habhab), dari Anas secara mauquf. Hal yang sama telah di-Mas-kan oleh Masruq, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak Qatadah, dan lain-lainnya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ أَبِي أُسَامَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "أَخْبِرُونِي عَنْ شَجَرَةٍ تُشْبِهُ -أَوْ: كَالرَّجُلِ -اَلْمُسْلِمِ، لَا يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا [وَلَا وَلَا وَلَا] تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ". قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، وَرَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لَا يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ، فَلَمَّا لَمْ يَقُولُوا شَيْئًا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هِيَ النَّخْلَةُ". فَلَمَّا قُمْنَا قُلْتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَا، وَاللَّهِ لَقَدْ كَانَ وَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ. قَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَكُمْ تَتَكَلَّمُونَ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ أَوْ أَقُولَ شَيْئًا. قَالَ عُمَرُ: لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَهَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Ismail, dari Abu Usamah, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda, 'Ceritakanlah kepadaku tentang pohon yang menyerupai seorang muslim, ia tidak pernah rontok daunnya, baik di musim panas maupun di musim dingin, dan ia mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya'." Ibnu Umar mengatakan, "Lalu terdetik di dalam hatiku jawaban yang mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku melihat Abu Bakar dan Umar tidak bicara, maka aku merasa segan untuk mengemukakannya. Setelah mereka tidak menjawab sepatah kata pun, bersabdalah Rasulullah Saw. bahwa pohon tersebut adalah pohon kurma. Ketika kami bangkit (untuk pergi), aku berkata kepada Umar, 'Wahai ayahku, demi Allah, sesungguhnya telah terdetik di dalam hatiku jawabannya, bahwa pohon itu adalah pohon kurma.' Umar berkata, 'Apakah yang mencegahmu untuk tidak mengatakannya?'Aku menjawab, 'Aku tidak melihat kalian menjawab, maka aku segan untuk mengatakan­nya atau aku segan mengatakan sesuatu.' Umar berkata, 'Sesungguhnya bila kamu katakan jawaban itu lebih aku sukai daripada anu dan anu'."
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ: صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ، فَلَمْ أَسْمَعْهُ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَدِيثًا وَاحِدًا -قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى بِجِمَارٍ. فَقَالَ: "مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةٌ مَثَلُهَا مَثَلُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ". فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، فَنَظَرَتْ فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ، [فَسَكَتُّ] فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هِيَ النَّخْلَةُ"
Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, bahwa ia pernah menemani Ibnu Umar ke Madinah, dan ia tidak mendengar dari Ibnu Umar suatu hadis dari Rasulullah Saw. kecuali sebuah hadis. Ia mengatakan, "Ketika kami (para sahabat) sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba disuguhkan kepada beliau Saw. setandan buah kurma. Maka beliau Saw. bersabda: 'Di antara pohon itu ada sebuah pohon yang perumpamaannya sama dengan seorang lelaki muslim.' Aku bermaksud mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku memandang ke sekeliling, ternyata aku adalah orang yang paling muda di antara kaum yang ada (maka aku diam tidak menjawab), dan Rasulullah Saw. bersabda, 'Pohon itu adalah pohon kurma'."
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
قَالَ مَالِكٌ وَعَبْدُ الْعَزِيزِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا لِأَصْحَابِهِ: "إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَطْرَحُ وَرَقُهَا، مِثْلُ الْمُؤْمِنِ". قَالَ: فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي، وَوَقَعَ فِي قَلْبِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ [فَاسْتَحْيَيْتُ، حَتَّى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هِيَ النَّخْلَةُ] "
Malik dan Abdul Aziz telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Sesungguhnya di antara pepohonan itu terdapat sebuah pohon yang tidak pernah gugur dedaunannya menjadi perumpamaan orang mukmin. Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Orang-orang (yang hadir) menduganya pohon yang ada di daerah pedalaman, sedangkan di dalam hatiku terdetik bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku malu mengutarakannya; hingga Rasulullah Saw. bersabda bahwa pohon itu adalah pohon kurma."
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari, juga oleh Imam Muslim.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا أَبَانُ -يَعْنِي ابْنَ زَيْدٍ الْعَطَّارَ -حَدَّثَنَا قَتَادَةُ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ! فَقَالَ: "أَرَأَيْتَ لو عمد إلى متاع الدُّنْيَا، فَرَكَّبَ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ أَكَانَ يَبْلُغُ السَّمَاءَ؟ أَفَلَا أُخْبِرَكَ بِعَمَلٍ أَصْلُهُ فِي الْأَرْضِ وَفَرْعُهُ فِي السَّمَاءِ؟ ". قَالَ: مَا هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "تَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ"، عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ، فَذَاكَ أَصْلُهُ فِي الْأَرْضِ وَفَرْعُهُ فِي السَّمَاءِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibny Ismail, telah menceritakan kepada kami Aban (yakni Ibnu Zaid Al-Attar), telah menceritakan kepada kami Qatadah, bahwa seorang lelaki pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, orang-orang yang berharta telah pergi dengan memborong banyak pahala." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Bagaimanakah pendapatmu, seandainya dia dengan sengaja menghimpun harta kesenangan duniawi, lalu ia menumpukkan sebagian darinya di atas sebagian yang lain, apakah (tingginya) dapat mencapai langit? Maukah kamu bila kuberitahukan kepada­mu suatu amal yang akarnya tertanam di dalam bumi, sedangkan cabangnya menjulang ke langit?” Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, amal apakah itu?” Rasulullah Saw. menjawab, "Kamu ucapkan kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar. Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah' sebanyak sepuluh kali seusai mengerjakan tiap-tiap salat. Maka itulah yang akarnya tertanam di bumi, sedangkan cabangnya menjulang ke langit.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) bahwa pohon tersebut adalah sebuah pohon yang ada di dalam surga.
*******************
Firman Allah Swt.:
{تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ}
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim. (Ibrahim: 25)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan kulla hinin ialah setiap pagi dan petang. Menurut pendapat lain yaitu setiap bulan, sedangkan pendapat lainnya mengatakan setiap dua bulan. Pendapat lain menyebutkan setiap enam bulan, ada yang mengatakan setiap tujuh bulan, ada pula yang mengatakan setiap tahun.
Makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa perumpamaan orang mukmin sama dengan pohon yang selalu mengeluarkan buahnya setiap waktu, baik di musim panas maupun di musim dingin, siang dan malam hari. Begitu pula keadaan seorang mukmin, amal salehnya terus-menerus diangkat (ke langit) baginya, baik di tengah malam maupun di siang hari, setiap waktu.
{بِإِذْنِ رَبِّهَا}
dengan seizin Tuhannya. (Ibrahim: 25)
Yakni mengeluarkan buahnya yang sempurna, baik, banyak, bermanfaat, lagi diberkati.
{وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Ibrahim: 25)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ}
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk. (Ibrahim: 26)
Inilah perumpamaan kekufuran orang yang kafir, tiada landasan baginya dan tiada keteguhan baginya; perihalnya sama dengan pohon hanzal atau pohon bertawali. Syu'bah telah meriwayatkannya dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas ibnu Malik, bahwa pohon tersebut adalah pohon hanzal (bertawali).
Abu Bakar Al-Bazzar Al-Hafiz mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Muhammad As-Sakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Sa'id ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas, menurut dugaanku (perawi) ia membacakan firman-Nya: perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) Anas mengatakan bahwa pohon yang dimaksud ialah pohon kurma. Lalu ia membacakan firman-Nya: Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk. (Ibrahim: 26) Dan ia mengatakan bahwa pohon yang dimaksud ialah pohon syiryan (bertawali). Kemudian ia (Abu Bakar Al-Bazzar) meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar, dari Syu'bah, dari Mu'awiyah, dari Anas secara mauquf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Syu'aib ibnul Habhab, dari Anas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk (Ibrahim: 26) Lalu beliau bersabda bahwa pohon itu adalah pohon hamalah (bertawali). Kemudian aku (perawi) menceritakan hal tersebut kepada Abul Aliyah. Ia menjawab, "Hal yang sama pernah kami dengar." Ibnu Jarir meriwayat­kannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya telah meriwayatkan hadis ini dalam bentuk yang lebih lengkap daripada riwayat di atas. Untuk itu dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Gassan, dari Hammad, dari Syu'aib, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mendapat kiriman sekarung buah kurma, lalu beliau Saw. membacakan firman-Nya: Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. (Ibrahim: 24­-25) Maka beliau bersabda bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. (Ibrahim: 26) Beliau Saw. bersabda, "Pohon yang dimaksud adalah pohon hanzal." Syu'aib mengatakan, ia menceritakan hadis ini kepada Abul Aliyah, maka Abul Aliyah menjawab bahwa hal yang sama pernah ia (dan rekan-rekannya) dengar.
*******************
{اجْتُثَّتْ}
yang telah dicabut. (Ibrahim: 26)
Maksudnya, telah dijebol dan dicabut dengan akar-akarnya.
Firman Allah Swt.:
{مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ}
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap(tegak) sedikit pun. (Ibrahim: 26)
Yakni tidak ada landasan dan tidak ada keteguhan baginya. Demikian pula halnya orang kafir, ia tidak mempunyai pokok, tidak pula cabang, tiada suatu amal pun darinya yang dinaikkan (diterima), dan tiada sesuatu pun yang diterima darinya.

Ibrahim, ayat 27

{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27) }
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَد قَالَ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اَلْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِي الْقَبْرِ، شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Alqamah ibnu Marsad; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Ubaidah menceritakan hadis dari Al-Barra ibnu Azib r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang muslim apabila ditanya di dalam kuburnya, ia mengemukakan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Yang demikian itu adalah firman-Nya, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat" (Ibrahim: 27).
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, demikian juga jamaah lainnya yang semuanya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنِ المِنْهَال بْنِ عَمْرٍو، عَنْ زَاذَانَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلَحَّدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكت بِهِ فِي الْأَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: "اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ"، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ، بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وحَنُوط مِنْ حَنُوط الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ. ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ". قَالَ: "فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاء فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الحنُوط، وَيَخْرُجَ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ. فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا يَمُرُّونَ -يَعْنِي بِهَا -على ملأ من الملائكة إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ [الطَّيِّبُ] ؟ فَيَقُولُونَ: فَلَانٌ ابْنُ فُلَانٍ، بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي [كَانُوا] يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ، فَيُفْتَحُ لَهُ، فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا، حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ: اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِليين، وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ، وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى". قَالَ: "فتُعَاد رُوحُهُ [فِي جَسَدِهِ] فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِي الْإِسْلَامُ. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعث فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ. فَيَقُولَانِ لَهُ: وَمَا عِلْمُكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ، فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ. فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ -قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِها وَطِيبِهَا، وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ. وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيحِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ. فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ. رَبِّ، أَقِمِ السَّاعَةَ، حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي". قَالَ: "وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ، نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ، مَعَهُمُ المُسُوح، فَجَلَسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ. ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، اخْرُجِي إِلَى سَخَط مِنَ اللَّهِ وغَضَب". قَالَ: "فتَفرق فِي جَسَدِهِ، فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّود مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ، فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ. وَيَخْرُجَ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ، فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ؟ فَيَقُولُونَ: فَلَانٌ ابْنُ فُلَانٍ، بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا [حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا] فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلَا يُفْتَحُ لَهُ". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ} [الْأَعْرَافِ: 40] ، فَيَقُولُ اللَّهُ: "اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ، فِي الْأَرْضِ السُّفْلَى، فَتُطْرَحَ رُوحُهُ طَرْحًا". ثُمَّ قَرَأَ: {وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ} [الْحَجِّ: 31] . "فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ، وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ وَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ. فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا، وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ، حَتَّى تختلف فيه أضلاعه، ويأتيه رجلقَبِيحُ الْوَجْهِ، قَبِيحُ الثِّيَابِ، مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: وَمَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ [الْوَجْهُ] يَجِيئُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ، فَيَقُولُ: رَبِّ، لَا تُقِمِ السَّاعَةَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. untuk melayat jenazah seorang Ansar. Setelah kami sampai di kuburnya, si jenazah masih belum dimasukkan ke liang lahadnya. Maka Rasulullah Saw. duduk, dan kami duduk di sekitarnya, saat itu di atas kepala kami seakan-akan ada burung. Pada waktu itu tangan Rasulullah Saw. memegang setangkai kayu yang beliau ketuk-ketukkan ke tanah, lalu beliau mengangkat kepala dan bersabda, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur,'sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya seorang hamba yang beriman apabila habis masa hidupnya di dunia ini dan akan berpulang ke alam akhirat, turunlah kepadanya malaikat dari langit yang berwajah putih, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa kain kafan dari kafan surga dan wewangian dari wewangian surga, lalu mereka duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya, lalu ia berkata, 'Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju kepada ampunan dan rida dari Allah.' Maka keluarlah rohnya dengan mudah seperti setetes air yang keluar dari mulut wadah minuman, lalu malaikat maut mengambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka dia tidak membiarkannya berada di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat itu mengambilnya dengan segera, lalu mereka masukkan ke dalam kain kafan dan wewangian yang mereka bawa itu. Maka keluarlah darinya bau minyak kesturi yang paling harum di muka bumi ini. Mereka membawanya naik (ke langit). Maka tidak sekali-kali mereka melewati sejumlah malaikat, melainkan malaikat-malaikat itu bertanya, 'Siapakah pemilik roh yang wangi ini?' Para malaikat yang membawanya menjawab, 'Fulan bin Fulan,' dengan menyebutkan nama terbaiknya yang menjadi sebutan namanya ketika di dunia. Hingga sampailah mereka ke langit pertama, lalu mereka mengetuk pintunya dan dibukakanlah pintu langit untuknya. Maka ikut mengiringinya semua malaikat yang menghuni langit pertama itu sampai ke langit berikutnya, hingga sampailah ia ke langit yang ketujuh. Maka Allah berfirman, 'Catatlah bagi hamba-Ku ini catatan orang-orang yang masuk surga Illiyyin, dan kembalikanlah jasadnya ke bumi, karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari tanah, maka Aku kembalikan mereka ke tanah, dan Aku akan hidupkan mereka dari tanah kali yang lain.' Maka rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan datanglah dua malaikat kepadanya, lalu kedua malaikat itu mendudukkannya dan bertanya kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Tuhanku Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Agamaku Islam.' Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus kepada kalian?' Ia menjawab, 'Dia adalah utusan Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah ilmumu?' Ia menjawab, 'Saya telah membaca Kitabullah, maka saya beriman kepadanya dan membenarkannya.' Maka berserulah suara dari langit yang mengatakan, 'Benarlah apa yang dikatakan hamba-Ku. Maka hamparkanlah untuknya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju surga.' Maka kenikmatan dan wewangian surgawi datang kepadanya, dan diluaskanlah kuburnya sejauh mata memandang baginya. Lalu datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah, dan baunya sangat wangi. Lelaki itu berkata, 'Bergembiralah kamu dengan keadaan yang menggembirakanmu ini. Hari ini adalah hari kamu yang pernah dijanjikan kepadamu.' Maka ia bertanya kepada lelaki itu, 'Siapakah kamu ini, melihat rupamu kamu adalah orang yang datang dengan membawa kebaikan.' Maka lelaki itu menjawab, 'Aku adalah amalmu yang saleh.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta bendaku.' Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila telah terputus dari dunianya dan akan menghadap ke alam akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat dari langit yang semuanya berwajah hitam dengan karung yang kasar. Lalu para malaikat itu duduk di dekatnya sejauh mata memandang: Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya. Maka malaikat maut berkata, 'Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kepada murka dan benci Allah!' Maka rohnya berpencar ke seluruh tubuhnya (yakni menolak), hingga malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut tusuk sate dari kain bulu yang basah; malaikat maut mencabutnya dengan paksa. Apabila ia telah mencabutnya, ia tidak membiarkannya di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat memasukkannya ke dalam karung itu. Dan keluarlah darinya bau bangkai yang terbusuk yang ada di muka bumi. Para malaikat membawanya naik, dan tidak sekali-kali mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan bertanya, 'Siapakah yang memiliki ruh yang buruk ini?' Para malaikat yang membawanya berkata bahwa dia adalah si Anu bin Anu, dengan menyebut nama terburuknya yang biasa disebutkan untuknya di dunia. Hingga sampailah mereka di langit pertama, lalu pintunya diketuk, tetapi tidak dibukakan untuknya. Lalu Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: 'Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum' (Al-A'raf: 40). Kemudian Allah berfirman, 'Catatkanlah ketetapannya di dalam Sijjin di lapisan bumi yang terbawah,' lalu rohnya dicampakkan dengan kasar. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seakan-akan jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin di tempat yang jauh. (Al-Hajj: 31) Kemudian rohnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu ia didatangi oleh dua malaikat, dan kedua malaikat itu mendudukkannya serta bertanya kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Keduanya bertanya lagi, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Lalu terdengarlah suara dari langit yang mengatakan, 'Hamba-Ku berdusta, maka gelarkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakanlah baginya suatu pintu dari neraka!' Maka panasnya neraka dan asapnya sampai kepadanya, lalu kuburannya menggencetnya sehingga tulang-tulang iganya berantakan. Kemudian datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk wajahnya dan pakaiannya serta busuk baunya, lalu lelaki itu berkata, 'Bersenang-senanglah kamu dengan hal yang menyiksamu, inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.' Ia bertanya, 'Siapakah kamu, wajahmu menandakan wajah orang yang datang membawa keburukan?' Maka lelaki itu menjawab, 'Akulah amal perbuatanmu yang buruk.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan hari kiamat'."
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui hadis Al-A'masy, sedangkan Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yunus ibnu Habib, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib r.a. yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. melayat jenazah," kemudian disebutkan hadis yang semisal. Di dalam riwayat ini disebutkan bahwa:
"حَتَّى إِذَا خَرَجَ رُوحُهُ صَلَّى عَلَيْهِ كُلُّ مَلَكٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، [وَكُلُّ مَلَكٍ فِي السَّمَاءِ] وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، لَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَابٍ إِلَّا وَهُمْ يَدْعُونَ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يَعْرُجَ بِرُوحِهِ مَنْ قِبَلِهِمْ".
apabila rohnya telah keluar (dari jasad orang mukmin), maka memohonkan ampunan dan rahmat buatnya semua malaikat yang ada di antara langit dan bumi, demikian pula semua malaikat yang ada di langit. Dan semua pintu langit dibuka, tiada ahli suatu pintu langit pun melainkan mereka berdoa kepada Allah Swt. agar rohnya dinaikkan oleh mereka.
Di akhir hadis ini disebutkan,
"ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَصَمُّ أَبْكَمُ، وَفِي يَدِهِ مرزبَّة لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَكَانَ تُرَابًا، فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً فَيَصِيرُ تُرَابًا. ثُمَّ يُعِيدُهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، كَمَا كَانَ، فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً أُخْرَى فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ". قَالَ الْبَرَاءُ: ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى النَّارِ، وَيُمَهَّدُ مِنْ فُرُشِ النَّارِ
"Lalu ia diserahkan kepada malaikat yang bengis, kejam, dan dingin serta tidak bicara; tangannya memegang gada, seandainya gada itu dipukulkan ke sebuah gunung, tentulah gunung itu hancur menjadi debu dengan sekali pukul. Lalu malaikat itu memukulnya sekali pukul, maka ia jadi debu, kemudian Allah mengem­balikannya seperti semula; dan malaikat itu kembali memukulnya dengan pukulan yang lain, maka menjeritlah ia dengan jeritan yang sangat keras, suara jeritannya terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia dan jin." Al-Barra mengatakan, "Lalu dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju neraka dan dihamparkan baginya hamparan dari neraka."
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Khaisamah, dari Al-Barra sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Bahwa makna yang dimaksud ialah azab kubur.
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Mukhariq, dari ayahnya, dari Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang mukmin itu apabila mati, ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanyai, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabimu?" Maka Allah meneguhkannya, dan ia menjawab, "Tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad Saw." Lalu Abdullah membacakan firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)
Imam Abdu ibnu Humaid telah meriwayatkan di dalam kitab Musnad-nya:
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ قَتَادَةَ، حَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ". قَالَ: "فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ " قَالَ: "فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ". قَالَ: "فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ، قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ". قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَيَرَاهُمَا جميعا". قال قَتَادَةُ: وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا، وَيُمْلَأُ عَلَيْهِ خَضِرًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah; telah menceritakan kepada kami Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, dan teman-temannya telah berpaling meninggalkan­nya, sesungguhnya dia benar-benar mendengar suara terompah mereka, lalu ia didatangi oleh dua malaikat. Kedua malaikat itu mendudukkannya dan menanyainya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.)?" Adapun orang mukmin, ia akan menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah." Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat dudukmu di neraka itu, kini Allah telah menggantinya untukmu dengan tempat duduk di surga."Nabi Saw. bersabda, "Maka dia melihat keduanya itu." Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa sesungguhnya diluaskan baginya tempat kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan yang hijau segar sampai hari kiamat.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Abd ibnu Humaid. Imam Nasai mengetengahkannya melalui hadis Yunus ibnu Muhammad Al-Mu-addib dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْج، أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَأَلَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ فَتَّاني الْقَبْرِ فَقَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُورِهَا، فَإِذَا أُدْخِلَ الْمُؤْمِنُ قَبَرَهُ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، جَاءَ مَلَكٌ شَدِيدُ الِانْتِهَارِ، فَيَقُولُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ: أَقُولُ: إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ وَعَبْدُهُ. فَيَقُولُ لَهُ الْمَلَكُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ الَّذِي كَانَ لَكَ فِي النَّارِ، قَدْ أَنْجَاكَ اللَّهُ مِنْهُ، وَأَبْدَلَكَ بِمَقْعَدِكَ الَّذِي تَرَى مِنَ النَّارِ مَقْعَدَكَ الَّذِي تَرَى مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا كِلَيْهِمَا. فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ: دَعُونِي أُبَشِّرُ أَهْلِي. فَيُقَالُ لَهُ: اسْكُنْ. وَأَمَّا الْمُنَافِقُ فَيُقْعَدُ إِذَا تَوَلَّى عَنْهُ أَهْلُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، أَقُولُ كَمَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ لَهُ: لَا دَرَيْتَ، هَذَا مَقْعَدُكَ الَّذِي كَانَ لَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَدْ أُبْدِلْتَ مَكَانَهُ مَقْعَدَكَ مِنَ النَّارِ". قَالَ جَابِرٌ: فَسَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ فِي الْقَبْرِ عَلَى مَا مَاتَ، الْمُؤْمِنُ عَلَى إِيمَانِهِ، وَالْمُنَافِقُ عَلَى نِفَاقِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ibnu Juraij; telah menceritakan kepadaku AbuzZubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah tentang fitnah kubur. Maka Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila seorang mukmin dimasukkan ke dalam kuburnya dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, datanglah kepadanya malaikat yang sangat bengis. Lalu malaikat bertanya kepadanya, "Apakah yang kamu katakan sehubungan dengan lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.)?" Seorang mukmin akan menjawab bahwa sesungguhnya dia adalah utusan dan hamba Allah. Maka malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah tempat tinggalmu yang telah disediakan untukmu di dalam neraka, kini Allah telah me­nyelamatkan kamu darinya dan menggantikannya dengan tempat tinggal di surga seperti yang kamu lihat sekarang.” Dia melihat kedua-duanya. Maka orang mukmin akan berkata, "Biarkanlah aku menyampaikan berita gembira ini kepada keluargaku.” Maka dikatakan kepadanya, "Tinggallah kamu di sini!" Adapun orang munafik, maka ia didudukkan; dan apabila semua keluarganya telah pergi meninggalkannya, dikatakan kepadanya, "Bagaimana­kah pendapatmu tentang lelaki ini?” Ia menjawab, "Tidak tahu, saya hanya mengatakan seperti apayang dikatakan oleh orang lain.” Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu, sekarang inilah tempat tinggalmu yang telah disediakan di surga untukmu, kini telah diganti dengan tempat tinggal di dalam neraka buatmu.” Jabir mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap hamba di dalam kuburnya dibangkitkan sesuai dengan iman yang dibawanya mati. Orang mukmin berada dalam keimanannya, dan orang munafik berada dalam kemunafikannya.
Sanad hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: شَهِدنا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِنَازَةً، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبتَلى فِي قُبُورِهَا، فَإِذَا الْإِنْسَانُ دُفِنَ وَتَفَرَّقَ عَنْهُ أَصْحَابُهُ، جَاءَهُ مَلِكٌ فِي يَدِهِ مِطْرَاقٌ فَأَقْعَدَهُ، قَالَ: مَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَإِنْ كَانَ مُؤْمِنًا قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ لَهُ: صَدَقْتَ. ثُمَّ يَفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ، فَيَقُولُ: هَذَا كَانَ مَنْزِلُكَ لَوْ كَفَرْتَ بِرَبِّكَ، فَأَمَّا إِذْ آمَنْتَ فَهَذَا مَنْزِلُكَ. فَيَفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، فَيُرِيدُ أَنْ يَنْهَضَ إِلَيْهِ، فَيَقُولُ لَهُ: اسْكُنْ. وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ". "وَإِنْ كَانَ كَافِرًا أَوْ مُنَافِقًا يَقُولُ لَهُ: مَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَيَقُولُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ وَلَا اهْتَدَيْتَ. ثُمَّ يَفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، فيقول له: هذا مَنْزِلُكَ لَوْ آمَنْتَ بِرَبِّكَ، فَأَمَّا إِذْ كَفَرْتَ بِهِ فَإِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَبْدَلَكَ بِهِ هَذَا. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ، ثُمَّ يقمَعه قَمْعَةً بِالْمِطْرَاقِ يَسْمَعُهَا خَلْقُ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، كُلُّهُمْ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ". فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَحَدٌ يَقُومُ عَلَيْهِ مَلَكٌ فِي يَدِهِ مِطْرَاقٌ (2) إِلَّا هِيلَ عِنْدَ ذَلِكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan, kami melayat jenazah seseorang bersama Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bersabda: Haimanusia, sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila seseorang telah dikuburkan dan teman-temannya bubar meninggalkannya, datanglah kepadanya seorang malaikat yang ditangannya memegang sebuah palu besi, lalu malaikat itu mendudukkannya, dan berkata kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini?” Jika dia seorang mukmin, maka ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka malaikat berkata kepadanya, "Kamu benar.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu menuju neraka, dan malaikat itu berkata, "Inilah tempatmu jika kamu kafir kepada Tuhanmu. Tetapi sekarang karena kamu beriman, maka inilah tempatmu, "Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu yang menuju surga, ketika ia hendak bangkit menuju kepadanya, dikatakan kepadanya, "Diamlah kamu di sini!" Dan diluaskan baginya tempat tinggal dalam kuburnya. Jika dia seorang kafir atau seorang munafik, ketika ditanyakan kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini (Nabi Saw)?” Maka ia menjawab, "Saya tidak tahu, saya hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya.” Maka berkatalah malaikat itu, "Kamu tidak tahu, tidak pernah membaca, tidakpernah pula mencari petunjuk.” Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga, dan malaikat itu berkata kepadanya, "Inilah tempatmu jika kamu beriman. Tetapi karena sekarang ternyata kamu kafir, maka sesungguhnya Allah Swt. telah menggantikannya untukmu dengan ini.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu menuju neraka, kemudian malaikat itu memukulnya dengan palu sekali pukul, maka ia menjerit dengan jeritan yang keras, suara jeritannya terdengar oleh semua makhluk Allah Swt. kecuali jin dan manusia. Salah seorang di antara mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun yang berdiri di hadapannya seorang malaikat dengan membawa palu melainkan dia pasti ketakutan saat itu?" Rasulullah Saw. membacakan firmanya-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu. (Ibrahim: 27)
Sanad hadis ini tidak ada masalah, karena sesungguhnya Abbad ibnu Rasyid At-Tamimi adalah seorang yang pernah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara maqrun (bersamaan), tetapi sebagian ulama menilainya daif.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، اخْرُجِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ". قَالَ: "فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَج بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ. فَيَقُولُونَ: مَرْحَبًا بِالرُّوحِ الطَّيِّبَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، ادْخُلِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ" قَالَ: فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ، حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، اخْرُجِي ذَمِيمَةً، وَأَبْشِرِي بِحَمِيمٍ وغَسَّاق، وَآخَرَ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٍ. فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: لَا مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الْخَبِيثَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، ارْجِعِي ذَمِيمَةً، فَإِنَّهُ لَا تُفْتَحُ لَكِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ. فَيُرْسَلُ مِنَ السَّمَاءِ، ثُمَّ يَصِيرُ إِلَى الْقَبْرِ"، فَيَجْلِسُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ، وَيَجْلِسُ الرَّجُلُ السُّوءُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: bahwa sesungguhnya mayat (orang yang sedang menjelang ajalnya) dihadiri oleh para malaikat. Apabila dia adalah seorang yang saleh, maka malaikat-malaikat itu berkata, "Hai jiwa yang baik yang berada di dalam jasad yang baik, keluarlah. Keluarlah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah kamu dengan ketenteraman, nikmat, dan Tuhan yang tidak murka." Kalimat itu terus-menerus diucapkan sehingga rohnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit dan dimintakan izin baginya untuk naik. Maka ditanyakan, "Siapakah yang mau masuk ini?" Maka dijawab, "Orang ini adalah si Fulan." Para penjaga pintu langit berkata, "Selamat datang kepada roh yang baik yang berada di dalam jasad yang baik, masuklah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah dengan ketenteraman dan nikmat, serta Tuhan yang tidak murka." Kalimat ini terus-menerus diucapkan kepadanya hingga sampailah ia ke langit yang tertinggi untuk dihadapkan kepada Allah Swt. Apabila dia adalah seorang yang buruk, maka malaikat-malaikat itu berkata, "Hai jiwa yang buruk yang berada di dalam tubuh yang buruk keluarlah kamu dalam keadaan tercela dan bergembiralah kamu dengan air yang sangat panas dan air yang sangat dingin serta berbagai azab lain yang serupa itu." Kalimat ini terus-menerus dikatakan kepadanya hingga ia keluar dari jasadnya. Kemudian rohnya dibawa naik ke langit. Lalu pintu langit diketuk untuknya, maka dijawab dengan pertanyaan, "Siapakah orang ini?" Dijawab bahwa dia adalah si Fulan, dan dikatakan kepadanya, "Tiada selamat datang bagi jiwa yang buruk yang tadinya berada di dalam jasad yang buruk. Kembalilah kamu dalam keadaan tercela, karena t sesungguhnya pintu-pintu langit tidak akan dibuka untukmu!" Maka rohnya dilemparkan dari langit, dan akhirnya kembali ke kuburnya. Orang yang saleh didudukkan, dan ditanyakan kepadanya pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama. Sedangkan orang yang buruk (jahat) didudukkan pula, lalu ditanyakan kepadanya pertanyaan-pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui jalur Ibnu Abu Zi-b dengan lafaz yang semisal, begitu pula Imam Ibnu Majah.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan,  "Apabila roh seorang hamba mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia disambut oleh dua malaikat yang langsung membawanya naik (ke langit)." Hammad mengatakan bahwa di dalam riwayat ini disebutkan perihal baunya yang sangat harum, disebutkan pula perihal minyak kesturi. Dilanjutkan bahwa para malaikat penghuni langit berkata, "Ini adalah roh yang baik yang datang dari bumi, semoga Allah merahmatimu, juga merahmati jasadmu yang dahulu kamu pakai." Maka dibawalah ia menghadap kepada Allah swt. Allah Swt. berfirman, "Bawalah ia pergi sampai akhir masa (kebangkitannya)!" Sesungguhnya orang yang kafir itu apabila rohnya keluar,  Hammad menyebutkan perihal baunya yang sangat busuk, disebutkan pula dosanya. Maka penduduk langit berkata, "Ini adalah roh yang buruk yang datang dari bumi." Maka dikatakan, "Bawalah dia pergi sampai akhir masanya." Abu Hurairah mengatakan seraya memperagakan bahwa lalu Rasulullah Saw. menutupkan kembali kain kafan yang tadinya menutupi hidung (si jenazah).
Ibnu Hibban mengatakan di dalam kitab Sahih-nya bahwa:
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَخْزَمَ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ قَسَامَةَ بْنِ زُهَيْرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "إن الْمُؤْمِنَ إِذَا قُبض، أَتَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ بِحَرِيرَةٍ بَيْضَاءَ، فَيَقُولُونَ: اخْرُجِي إِلَى رَوْحِ اللَّهِ. فَتَخْرُجُ كَأَطْيَبِ رِيحِ مِسْكٍ، حَتَّى إِنَّهُ لَيُنَاوِلُهُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا يَشُمُّونَهُ حَتَّى يَأْتُوا بِهِ بَابَ السَّمَاءِ، فَيَقُولُونَ مَا هَذَا الرِّيحُ الطَّيِّبَةُ الَّتِي جَاءَتْ مِنْ قِبل الْأَرْضِ؟ وَلَا يَأْتُونَ سَمَاءً إِلَّا قَالُوا مِثْلَ ذَلِكَ، حَتَّى يَأْتُوا بِهِ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ، فَلهُم أَشُدُّ فَرَحًا بِهِ مِنْ أَهْلِ الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ، فَيَقُولُونَ: مَا فَعَلَ فُلَانٌ؟ فَيَقُولُونَ: دَعُوهُ حَتَّى يَسْتَرِيحَ، فَإِنَّهُ كَانَ فِي غَمٍّ! فَيَقُولُ: قَدْ مَاتَ، أَمَا أَتَاكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: ذُهب بِهِ إِلَى أُمِّهِ الْهَاوِيَةِ. وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَأْتِيهِ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ بمسْح فَيَقُولُونَ: اخْرُجِي إِلَى غَضَبِ اللَّهِ، فَتَخْرُجُ كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ، فَيُذْهَب بِهِ إِلَى بَابِ الْأَرْضِ"
telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Muhammad Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Qisam ibnu Zuhair, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila akan dicabut nyawanya, maka didatangi oleh malaikat rahmat dengan membawa kain sutra putih. Kemudian malaikat berkata kepadanya, "Keluarlah engkau menuju kepada nikmat Allah!" Maka keluarlah rohnya dengan menyebarkan bau yang paling harum dari minyak misk (kesturi), sehingga sebagian dari malaikat dengan sebagian yang lainnya saling menerima­nya seraya menciuminya. Mereka membawanya sampai di pintu langit, lalu mereka (para malaikat) yang ada di langit itu berkata, "Bau harum apakah yang datang dari arah bumi ini?" Tidak sekali-kali mereka mendatangi suatu langit, melainkan para malaikat yang menghuninya mengatakan hal yang sama. Kemudian mereka membawanya kepada roh-roh kaum mukmin, dan mereka (arwah kaum mukmin) benar-benar sangat gembira menyambut kedatangannya, lebih gembira dari sambutan mereka kepada salah seorang dari mereka yang pergi, lalu berkumpul dengan mereka kembali. Arwah orang-orang mukmin itu bertanya kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan?" Sebagian dari mereka berkata, "Biarkanlah dia beristirahat, sesungguhnya dia dahulu dalam keadaan susah." Maka dikatakan, "Dia telah mati, bukankah dia telah datang kepada kalian?" Sebagian lagi berkata, "Kesusahannya telah dibuang jauh di dasar bumi." Adapun kalau orang kafir mati, maka ia didatangi oleh malaikat-malaikat azab dengan membawa karung, lalu mereka berkata, "Keluarlah kamu menuju kepada murka Allah!" Maka keluarlah rohnya dengan menyebarkan bau bangkai yang sangat busuk, kemudian ia dibawa ke pintu bumi (dasar bumi).
Ibnu Hibban telah meriwayatkan pula melalui jalur Hammam ibnu Yahya, dari Abul Jauza, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. hadis yang semisal; di dalamnya disebutkan bahwa:
قَالَ: "فَيُسأل: مَا فَعَلَ فُلَانٌ، مَا فَعَلَ فَلَانٌ؟ مَا فَعَلَتْ فُلَانَةُ؟ " قَالَ: "وَأَمَّا الْكَافِرُ فَإِذَا قُبضت نَفْسُهُ، وذُهب بِهَا إِلَى بَابِ الْأَرْضِ تَقُولُ خَزَنَةُ الْأَرْضِ: مَا وَجَدْنَا رِيحًا أَنْتَنَ مِنْ هَذِهِ. فَيُبْلَغُ بِهَا الْأَرْضُ السُّفْلَى"
lalu ia ditanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan, si Anu, dan si Fulanah?" Adapun orang kafir, apabila nyawanya telah dicabut, maka rohnya dibawa ke dasar bumi. Dan para malaikat penjaga bumi berkata, "Kami belum pernah mencium bau yang lebih busuk daripada ini," hingga sampailah rohnya ke dasar bumi yang paling bawah.
Qatadah mengatakan, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa arwah orang-orang mukmin dikumpulkan di Al-Jabiyin, sedangkan arwah orang-orang kafir dikumpulkan di Barhut, yaitu suatu rawa yang ada di Hadramaut, kemudian kuburannya dipersempit (yakni menjepitnya).
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ، حَدَّثَنَا بِشْرِ بْنِ الْمُفَضَّلِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ المقْبرُي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ -أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ -أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ، وَالْآخِرُ: النَّكِيرُ، فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ: هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ. ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ. فَيَقُولُ: أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ، فَيَقُولَانِ: نَمْ نومةَ الْعَرُوسِ الَّذِي لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أحَبَّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ، حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ. وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ: سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مَثَلَهُمْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أنك تَقُولُ ذَلِكَ، فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ: الْتَئِمِي عَلَيْهِ. فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ، فَتَخْتَلِفُ أَضْلَاعُهُ، فَلَا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ"
Al-Hafiz Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Khalaf, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal, dari Abdur Rahman, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan, "Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa: apabila mayat telah dikuburkan, atau seseorang di antara kalian dikuburkan, maka didatangi oleh dua malaikat yang hitam lagi biru; salah satunya disebut Munkar, dan yang lainnya Nakir. Keduanya berkata, 'Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?' Maka ia menjawab, 'Dia adalah hamba dan utusan Allah. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.' Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kamu pasti akan mengatakan itu.' Kemudian diluaskan baginya kuburan tempat tinggalnya seluas tujuh puluh hasta, dan diberi cahaya di dalamnya, lalu dikatakan kepadanya, 'Tidurlah kamu.' Tetapi ia menjawab, 'Saya mau kembali kepada keluarga saya untuk memberitahukan kepada mereka.' Keduanya berkata, 'Tidurlah kamu seperti tidurnya pengantin, yang tiada orang yang membangunkannya melainkan hanya istri yang dicintainya,' hingga Allah membangunkannya hidup kembali dari tempat tidurnya itu. Jika dia adalah orang munafik, maka jawaban yang dikatakannya adalah, 'Saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, maka saya mengatakan seperti apa yang dikatakan mereka, tetapi saya tidak tahu.' Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kamu pasti akan mengatakan demikian.' Maka dikatakan kepada bumi, 'Jepitlah dia!' Lalu bumi menjepitnya sehingga tulang-tulang iganya berantakan. Dia terus-menerus dalam keadaan tersiksa di dalam kuburnya hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu."
Sesudah mengetengahkan hadis ini Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.
قَالَ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "ذَاكَ إِذَا قِيلَ لَهُ فِي الْقَبْرِ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ، وَدِينِيَ الْإِسْلَامُ، وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ، فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ. فَيُقَالُ لَهُ: صَدَقْتَ، عَلَى هَذَا عِشْتَ، وَعَلَيْهِ مِتَّ، وَعَلَيْهِ تُبْعَثُ"
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Demikian itu apabila ditanyakan kepadanya di dalam kuburnya, "Siapakah Tuhanmu, apa agamamu, dan siapakah Nabi (panutanmu)?" Maka ia (orang mukmin) akan menjawab, "Allah adalah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi (panutanku) adalah Muhammad; dia telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti dari sisi Allah, lalu saya beriman kepadanya dan membenarkannya.” Maka dikatakan kepadanya, "Kamu benar. Memang kamu hidup, mati, dan dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada hal tersebut.”
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى وَالْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أبي هريرة إِنَّ الْمَيِّتَ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ حِينَ يُوَلُّونَ عَنْهُ مُدْبِرِينَ، فَإِذَا كَانَ مُؤْمِنًا كَانَتِ الصَّلَاةُ عِنْدَ رَأْسِهِ، وَالزَّكَاةُ عَنْ يَمِينِهِ، وَالصِّيَامُ عَنْ يَسَارِهِ، وَكَانَ فِعْلُ الْخَيْرَاتِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالصِّلَةِ وَالْمَعْرُوفِ وَالْإِحْسَانِ إِلَى النَّاسِ عِنْدَ رِجْلَيْهِ، فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رَأْسِهِ فَتَقُولُ الصَّلَاةُ: مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ، فَيُؤْتَى مِنْ عَنْ يَمِينِهِ فَتَقُولُ الزَّكَاةُ: مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ. فَيُؤْتَى عَنْ يَسَارِهِ فَيَقُولُ الصِّيَامُ: مَا قِبَلي مَدخَلٌ. فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ فَيَقُولُ فِعْلُ الْخَيِّرَاتِ: مَا قِبَلي مَدْخَلٌ. فَيُقَالُ لَهُ اجْلِسْ. فَيَجْلِسُ، قَدْ تَمثّلت لَهُ الشَّمْسُ، قَدْ دَنَتْ لِلْغُرُوبِ، فَيُقَالُ لَهُ أَخْبِرْنَا عَمَّا نَسْأَلُكَ. فَيَقُولُ: دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ. فَيُقَالُ: إِنَّكَ سَتَفْعَلُ، فَأَخْبِرْنَا عَمَّا نَسْأَلُكَ. فَيَقُولُ: وعَمَّ تَسْأَلُونِي؟ فَيُقَالُ: أَرَأَيْتَ هَذَا الرَّجُلَ الَّذِي كَانَ فِيكُمْ، مَاذَا تَقُولُ فِيهِ، وَمَاذَا تَشْهَدُ بِهِ عَلَيْهِ؟ فَيَقُولُ: أَمُحَمَّدٌ؟ فَيُقَالُ لَهُ: نَعَمْ. فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنَّهُ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ، فَصَدَّقْنَاهُ. فَيُقَالُ لَهُ: عَلَى ذَلِكَ حَييتَ، وَعَلَى ذَلِكَ مِتَّ، وَعَلَى ذَلِكَ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا ويُنَوَّر لَهُ فِيهِ، وَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّهُ لَكَ فِيهَا. فَيَزْدَادُ غِبْطَةً [وَسُرُورًا] ثُمَّ يُجْعَلُ نَسَمُهُ فِي النَّسَمِ الطَّيِّبِ، وَهِيَ طَيْرٌ خُضْرٌ تُعَلَّقُ بِشَجَرِ الْجَنَّةِ، وَيُعَادُ الْجَسَدُ إِلَى مَا بُدِئَ مِنْهُ مِنَ التُّرَابِ"، وَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mujahid ibnu Musa dan Al-Hasan ibnu Muhammad, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­nya, sesungguhnya mayat benar-benar mendengar suara terompah kalian saat kalian pulang meninggalkannya. Jika dia seorang mukmin, maka salat berada di kepalanya, zakat di sebelah kanannya, puasa di sebelah kirinya, dan amal kebajikan seperti sedekah, silaturahmi, amal makruf dan berbuat kebajikan kepada orang lain berada di kakinya. Maka ia didatangi (disiksa) dari arah kepalanya, tetapi salat berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kanannya, maka zakat berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kirinya, maka puasa berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka amal-amal kebaikannya mengatakan, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Maka dikatakan kepadanya, "Duduklah!" Maka duduklah ia, sedangkan matahari ditampakkan kepadanya dalam keadaan mendekati terbenam. Kemudian dikatakan kepadanya, "Jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami tanyakan kepadamu!" Maka ia menjawab, "Biarkanlah aku salat dahulu.” Dan dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya kamu pasti akan melakukannya, tetapi jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami tanyakan kepadamu.” Ia balik bertanya, "Apakah yang akan kalian tanyakan kepadaku?” Dikatakan kepadanya, "Kamu tentu mengenal lelaki yang ada di antara kalian ini (yakni Nabi Saw.). Bagaimanakah pendapatmu tentang dia dan apakah yang kamu persaksikan terhadapnya?" Maka ia berkata, "Apakah Muhammad?” Dikatakan kepadanya, "Benar.” Maka ia berkata, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, dan sesungguhnya dia telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti dari sisi Allah, maka kami membenarkannya.” Dan dikatakan kepadanya, "Itulah peganganmu selama hidupmu, dan itulah yang kamu pegang saat kamu mati, dan dengan itu pula kamu akan dibangkitkan, insya Allah.” Kemudian diluaskan baginya tempat di kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan diberikan cahaya buatnya di dalam kuburnya, serta dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju ke surga. Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah apa yang telah disediakan oleh Allah buatmu di dalam surga itu.” Maka makin bertambahlah kebahagiaan dan kegembiraannya, kemudian rohnya diletakkan di dalam perut burung surga yang bergantung di pepohonan surga, sedangkan jasadnya dikembalikan ke dalam bentuk semula, yaitu tanah. Yang demikian itulah yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)
Ibnu Hibban meriwayatkan hadis ini melalui jalur Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Umar; dan di dalam riwayatnya disebutkan jawaban orang kafir dan azab yang diterimanya.
قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ بَحْرٍ الْقَرَاطِيسِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ كَيْسان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -أحسَبه رَفَعَهُ-قَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَنْزِلُ بِهِ الْمَوْتُ، وَيُعَايِنُ مَا يُعَايِنُ، فَيَوَدُّ لَوْ خَرَجَتْ -يَعْنِي نفسُه -وَاللَّهُ يُحِبُّ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يُصْعَدُ بِرُوحِهِ إِلَى السَّمَاءِ، فَتَأْتِيهِ أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ، فَتَسْتَخْبِرُهُ عَنْ مَعَارِفِهِمْ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ، فَإِذَا قَالَ: تَرَكْتُ فُلَانًا فِي الْأَرْضِ أَعْجَبَهُمْ ذَلِكَ. وَإِذَا قَالَ: إِنَّ فُلَانًا قَدْ مَاتَ، قَالُوا: مَا جِيءَ بِهِ إِلَيْنَا. وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَجْلِسُ فِي قَبْرِهِ، فَيُسْأَلُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ وَيُسْأَلُ: مَنْ نَبِيُّكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ نَبِيِّي فَيُقَالُ: مَاذَا دِينُكَ؟ قَالَ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ فِي قَبْرِهِ، فَيَقُولُ -أَوْ: يُقَالُ -انْظُرْ إِلَى مَجْلِسِكَ. ثُمَّ يَرَى الْقَبْرَ فَكَأَنَّمَا كَانَتْ رَقْدَة. وَإِذَا كَانَ عَدُو اللَّهِ نَزلَ بِهِ الْمَوْتُ وَعَايَنَ مَا عَايَنَ، فَإِنَّهُ لَا يُحِبُّ أَنْ تَخْرُجَ رُوحُهُ أَبَدًا، وَاللَّهُ يَبْغَضُ لِقَاءَهُ، فَإِذَا جَلَسَ فِي قَبْرِهِ -أَوْ: أُجْلِسَ -يُقَالُ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي. فَيُقَالُ: لَا دَرَيْتَ. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنْ جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُضْرَبُ ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ دَابَّةٍ إِلَّا الثِّقَلَيْنِ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ كَمَا يَنَامُ الْمَنْهُوشُ". قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: مَا الْمَنْهُوشُ؟ قَالَ: الَّذِي تَنْهَشُهُ الدَّوَابُّ وَالْحَيَّاتُ، ثُمَّ يُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Bahr Al-Qaratisi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah. Al-Bazzar menduga bahwa Abu Hurairah me-rafa'-kan hadis ini. Disebutkan bahwa: sesungguhnya orang mukmin itu akan ditimpa kematian dan akan menyaksikan apa yang akan disaksikannya, maka ia menginginkan seandainya rohnya keluar (dengan segera) dan Allah suka bersua dengannya. Sesungguhnya orang mukmin itu dinaikkan rohnya ke langit, lalu ia didatangi oleh arwah orang-orang mukmin (lainnya), dan mereka menanyainya tentang kenalan-kenalan mereka dari kalangan penduduk bumi. Apabila ia menjawab bahwa ia meninggalkan si Fulan di bumi, maka berita itu membuat mereka kagum. Tetapi apabila ia menjawab bahwa si Fulan telah mati, maka mereka bertanya, "Mengapa dia tidak didatangkan kepada kita?" Dan sesungguhnya orang mukmin itu didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Allah adalah Tuhanku." Ditanyakan pula "Siapakah Nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad adalah Nabi (panutan)ku." Lalu ditanyakan, "Apakah agamamu?" Ia menjawab, "Islam adalah agamaku." Maka dibukakan baginya sebuah pintu di dalam kuburnya —atau dikatakan— lihatlah tempat dudukmu. Kemudian dia melihat kuburnya seakan-akan merupakan tempat tidur. Apabila dia adalah musuh Allah dan kematian menimpanya, lalu ia menyaksikan apa yang disaksikannya, maka sesungguhnya dia membenci rohnya sendiri dan Allah tidak suka bersua dengannya. Apabila ia duduk atau didudukkan di dalam kuburnya, ia ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tidak tahu." Dikatakan, "Kamu tidak tahu." Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu yang menuju neraka Jahannam, kemudian ia dipukul dengan pukulan yang keras yang suara (jeritan)nya terdengar oleh semua makhluk hidup kecuali manusia dan jin. Kemudian dikatakan kepadanya, "Tidurlah kamu sebagaimana tidurnya orang yang digigiti."Saya bertanya kepada Abu Hurairah, "Apakah yang dimaksud dengan orang yang digigiti?" Abu Hurairah menjawab, "Orang yang digigiti oleh hewan buas dan ular." Lalu ia dijepit oleh kuburannya.
Kemudian perawi mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan hadis ini kecuali Al-Walid ibnu Muslim."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا حُجَين بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنكَدِر قَالَ: كَانَتْ أَسْمَاءُ -يَعْنِي بِنْتَ الصِّدِّيقِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تُحَدِّثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: قَالَ: "إِذَا دَخَلَ الْإِنْسَانُ قَبْرَهُ، فَإِنْ كَانَ مُؤْمِنًا أحَفّ بِهِ عملُه: الصلاةُ وَالصِّيَامُ"، قَالَ: "فَيَأْتِيهِ الْمَلَكُ مِنْ نَحْوِ الصَّلَاةِ فَتَرُدُّهُ، وَمِنْ نَحْوِ الصِّيَامِ فَيَرُدُّهُ"، قَالَ: "فَيُنَادِيهِ: اجْلِسْ. فَيَجْلِسُ. فَيَقُولُ لَهُ: مَاذَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قَالَ أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، قَالَ: يَقُولُ: وَمَا يُدْرِيكَ؟ أَدْرَكْتَهُ؟ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ: يَقُولُ: عَلَى ذَلِكَ عشتَ، وَعَلَيْهِ مُتَّ، وَعَلَيْهِ تبعثُ. وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا أَوْ كَافِرًا، جَاءَهُ الْمَلَكُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ شَيْءٌ يَرُدّه، فَأَجْلَسَهُ يَقُولُ: اجْلِسْ، مَاذَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ قَالَ: أَيُّ رَجُلٍ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ؟ قَالَ: يَقُولُ: وَاللَّهِ مَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ. قَالَ لَهُ الْمَلَكُ: عَلَى ذَلِكَ عشتَ، وَعَلَيْهِ متَ، وعليه تبعثُ. قَالَ: وتسلَّط عَلَيْهِ دَابَّةٌ فِي قَبْرِهِ، مَعَهَا سَوْطٌ تَمْرَته جَمرةٌ مِثْلُ غَرْب الْبَعِيرِ، تَضْرِبُهُ مَا شَاءَ اللَّهُ، صَمَّاءُ لَا تَسْمَعُ صوتَه فترحَمه"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hujain ibnul Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abu Salamah Al-Majisyun, dari Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa Asma binti Abu Bakar As-Siddiq r.a. pernah menceritakan hadis dari Nabi Saw. Nabi Saw. pernah bersabda bahwa: apabila seorang manusia dimasukkan ke dalam kuburnya, dan jika dia adalah seorang mukmin, maka ia dikelilingi oleh amalnya, yaitu salat dan puasanya. Maka datanglah malaikat kepadanya dari arah amal salatnya, tetapi amal salat mengusirnya, dan malaikat datang dari arah amal puasanya, tetapi amal puasa mengusirnya. Lalu malaikat menyerunya, "Duduklah!" Maka duduklah ia. Malaikat berkata kepadanya, "Apakah pendapatmu tentang lelaki ini, maksudnya Nabi Saw.?" Ia balik bertanya, "Siapa?" Malaikat menjawab, "Muhammad." ia berkata, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah." Malaikat bertanya, "Apakah yang membuatmu tahu, apakah kamu pernah menjumpainya?" Ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah." Malaikat berkata, "Engkau memang menjadikannya sebagai pegangan hidupmu, dan kamu mati dalam keadaan memegang prinsip ini, serta kelak engkau akan dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada keyakinan ini." Jika yang bersangkutan adalah seorang pendurhaka atau orang kafir, maka datanglah kepadanya malaikat tanpa ada sesuatu pun antara dia dan orang itu yang dapat mengusirnya. Lalu malaikat itu menyuruhnya duduk dan bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?" Ia balik bertanya, "Lelaki yang mana?" Malaikat menjawab, "Muhammad." Ia berkata, "Demi Allah, saya tidak mengetahui, saya hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu (tentang dia), maka saya ikut mengatakannya." Malaikat berkata, "Itulah pegangan hidupmu, dan itulah yang kamu bawa mati, serta kelak engkau akan dibangkitkan dalam keadaan berpegang kepada hal itu." Kemudian di dalam kuburnya ia diserahkan kepada seekor monster yang membawa sebuah cambuk yang ujungnya adalah bara api, sedangkan besarnya sama dengan punuk unta. Monster itu memukulnya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah, monster itu tidak dapat mendengar suara jeritannya agar dia jangan belas kasihan terhadapnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila menjelang ajalnya dihadiri oleh para malaikat, lalu mereka mengucapkan salam penghormatan kepadanya dan menyampaikan berita gembira surga kepadanya. Apabila dia telah mati, para malaikat itu turut mengiringi jenazahnya dan ikut menyalatkannya bersama orang-orang yang hadir. Apabila telah dikubur, maka ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah." Dikatakan kepadanya, "Siapakah rasul (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad." Dikatakan kepadanya, "Apakah syahadatmu?" Maka ia menjawab, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."Maka tempat kuburnya diluaskan buatnya sejauh mata memandang. Adapun jika orang kafir mati, maka para malaikat turun kepadanya, lalu mereka memukulinya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: seraya memukul muka mereka dan punggung mereka. (Muhammad: 27) Yakni di saat ia mati. Apabila ia telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka ia didudukkan dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanku?" Ia tidak dapat menjawab sepatah kata pun kepada malaikat-malaikat itu, dan Allah membuatnya lupa akan apa yang harus dikatakannya. Apabila dikatakan kepadanya, "Siapakah rasul yang diutus kepadamu?" Maka ia tidak mengetahuinya dan tidak dapat menjawab mereka barang sepatah kata pun. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang aniaya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Usman, dari Hakim Al-Audi., telah menceritakan kepada kami Syuraih Ibnu Muslimah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yusuf, dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'd Al-Bajali, dari Abu Qatadah Al-Ansari sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) hingga akhir ayat. Bahwa sesungguhnya orang mukmin itu apabila telah mati (dan telah dimakamkan), maka ia didudukkan di dalam kuburnya dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?" Ia menjawab, "Allah." Dikatakan lagi kepadanya, "Siapakah nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad ibnu Abdullah." Pertanyaan tersebut diajukan kepadanya berkali-kali, kemudian dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju ke neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka itu seandainya kamu salah dalam jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat tinggalmu di surga, karena kamu benar dalam jawabanmu." Apabila orang kafir mati, maka ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu? Siapakah nabimu?" Ia menjawab, "Saya tidak tahu, hanya saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya." Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu jika kamu benar dalam jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu ke neraka, dan dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu sekarang, karena kamu salah dalam jawabanmu." Yang demikian itu adalah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) hingga akhir ayat.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia. (Ibrahim: 27) Yakni kalimah "Tiada Tuhan selain Allah". dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Yaitu pertanyaan dalam kubur.
Qatadah mengatakan, "Adapun dalam kehidupan di dunia, maka Allah meneguhkan mereka dengan kebaikan dan amal saleh, sedangkan dalam kehidupan di akhirat maksudnya diteguhkan dalam kuburnya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh kalangan ulama salaf.
Abu Abdullah Al-Hakim At-Turmuzi di dalam kitabnya yang berjudul Nawadirul Usul mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا أَبِي، حدثنا عبد الله بن نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي فُدَيْك، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، وَنَحْنُ فِي مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ، فَقَالَ: "إِنِّي رَأَيْتُ الْبَارِحَةَ عَجَبًا، رَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي [جَاءَهُ مَلَكُ الْمَوْتِ لِيَقْبِضَ رُوحَهُ، فَجَاءَهُ برُّه بِوَالِدَيْهِ فَرَدَّ عَنْهُ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي] قَدْ بُسِطَ عَلَيْهِ عَذَابُ الْقَبْرِ، فَجَاءَهُ وُضوءه فَاسْتَنْقَذَهُ مِنْ ذَلِكَ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي [قَدِ] احْتَوَشَتْهُ الشَّيَاطِينُ، فَجَاءَهُ ذِكْرُ اللَّهِ فَخَلَّصَهُ مِنْ بَيْنِهِمْ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدِ احْتَوَشَتْهُ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَجَاءَتْهُ صَلَاتُهُ فَاسْتَنْقَذَتْهُ مِنْ أَيْدِيهِمْ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي يَلْهَثُ عَطَشًا، كُلَّمَا وَرَدَ حَوْضًا مُنع مِنْهُ، فَجَاءَهُ صِيَامُهُ فَسَقَاهُ وَأَرْوَاهُ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي وَالنَّبِيُّونَ قُعُودٌ حلَقا حَلَقًا، وَكُلَّمَا دَنَا لِحُقَّةٍ طَرَدُوهُ، فَجَاءَهُ اغْتِسَالُهُ مِنَ الْجَنَابَةِ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَقْعَدَهُ إِلَى جَنْبِي. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي [مِنْ] بَيْنِ يَدَيْهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ خَلْفِهِ ظُلْمَةٌ، وَعَنْ يَمِينِهِ ظُلْمَةٌ، وَعَنْ شِمَالِهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ فَوْقِهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ تَحْتِهِ ظُلْمَةٌ، وَهُوَ مُتَحَيِّرٌ فِيهَا، فَجَاءَتْهُ حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ، فَاسْتَخْرَجَاهُ مِنَ الظُّلْمَةِ وَأَدْخَلَاهُ النُّورَ، وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي يُكَلِّمُ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا يُكَلِّمُونَهُ، فَجَاءَتْهُ صلَة الرَّحِمِ، فَقَالَتْ: يَا مَعْشَرَ الْمُؤْمِنِينَ، كَلِّمُوهُ، فَكَلَّمُوهُ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي يَتَّقِي وَهَج النَّار أَوْ شَررهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ، فَجَاءَتْهُ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا عَلَى وَجْهِهِ وَظِلًّا عَلَى رَأْسِهِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدْ أَخَذَتْهُ الزَّبَانِيَةُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ، فَجَاءَهُ أَمْرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُهُ عَنِ الْمُنْكَرِ، فَاسْتَنْقَذَاهُ مِنْ أَيْدِيهِمْ، وَأَدْخَلَاهُ مَعَ مَلَائِكَةِ الرَّحْمَةِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي جَاثِيًا عَلَى رُكْبَتَيْهِ، بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ، فَجَاءَهُ حُسْنُ خُلُقه، فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَدْخَلَهُ عَلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدْ هَوت صَحِيفَتُهُ مِنْ قِبَلِ شِمَالِهِ، فَجَاءَهُ خَوْفُهُ مِنَ اللَّهِ فَأَخَذَ صَحِيفَتَهُ، فَجَعَلَهَا فِي يَمِينِهِ. [وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدْ خَفَّ مِيزَانُهُ، فَجَاءَتْهُ أَفْرَاطُهُ فَثَقَّلُوا مِيزَانَهُ] وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَائِمًا عَلَى شَفِيرِ جَهَنَّمَ، فَجَاءَهُ وجَله مِنَ اللَّهِ، فَاسْتَنْقَذَهُ مِنْ ذَلِكَ وَمَضَى. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي هَوَى فِي النَّارِ، فَجَاءَتْهُ دُمُوعُهُ الَّتِي بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ فِي الدُّنْيَا فَاسْتَخْرَجَتْهُ مِنَ النَّارِ، [وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَائِمًا عَلَى الصِّرَاطِ يُرعَد كَمَا تُرْعَدُ السَّعَفة، فَجَاءَ حُسْنُ ظَنِّهِ بِاللَّهِ، فسكَّن رِعْدَته، وَمَضَى] وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى الصِّرَاطِ يَزْحَفُ أَحْيَانًا وَيَحْبُو أَحْيَانًا، فَجَاءَتْهُ صَلَاتُهُ عليَّ، فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَأَقَامَتْهُ وَمَضَى عَلَى الصِّرَاطِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي انْتَهَى إِلَى أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَغُلِّقَتِ الْأَبْوَابُ دُونَهُ، فَجَاءَتْهُ شَهَادَةُ: أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَفَتَحَتْ لَهُ الْأَبْوَابَ وَأَدْخَلَتْهُ الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Nafi' dari Ibnu Abu Fudaik, dari Abdur Rahman Ibnu Abdullah, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdur Rahman Ibnu Samurah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ketika kami berada di dalam masjid Madinah,Rasulullah saw, keluar menemui kami, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya tadi malam aku melihat dalam mimpiku suatu peristiwa yang menakjubkan. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya, maka datanglah kepada lelaki itu amal Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua)nya, dan mengusir malaikat maut darinya. Dan aku melihat lelaki lain dari kalangan umatku, sedangkan azab kubur telah digelarkan untuknya, tetapi datanglah kepadanya amal wudunya dan menyelamatkan lelaki itu dari siksaan tersebut. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku dalam keadaan dikerumuni oleh setan-setan, tetapi datanglah kepadanya amal zikrullah-nya,maka amalnya itu menyelamatkannya dari setan-setan tersebut. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku yang telah dikerumuni oleh malaikat-malaikat juru siksa, tetapi datanglah kepadanya amal salatnya, lalu amal salatnya itu menyelamatkan dia dari tangan meraka. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku, yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan, setiap kali ia mendatangi suatu telaga, dilarang; kemudian datanglah kepadanya amal puasanya, maka amal puasa itu memberinya minum hingga ia segar. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku, saat itu para nabi sedang duduk-duduk membentuk lingkaran-lingkaran, setiap kali ia mendekati salah satu dari lingkaran (halqah) meraka, maka mereka mengusirnya. Kemudian datanglah kepadanya amal mandi jinabahnya, lalu amalnya itu membawanya duduk di sebelahku. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang di depannya terdapat kegelapan, di belakangnya terdapat kegelapan, di sebelah kanannya terdapat kegelapan, di sebelah kirinya terdapat kegelapan, di atasnya terdapat kegelapan, dan di bawahnya terdapat kegelapan, sedangkan dia dalam keadaan bingung di dalam kegelapannya itu. Kemudian datanglah kepadanya amal haji dan umrahnyajalu keduanya menyelamatkan dia dari kegelapan itu dan memasukkannya ke dalam cahaya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang mengajak bicara dengan orang-orang mukmin, tetapi mereka tidak mau berbicara dengannya. Maka datanglah kepadanya amal silaturahminya, lalu amalnya berkata, "Hai golongan orang-orang mukmin, berbicaralah kalian kepadanya!" Maka mereka mau berbicara dengannya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang melindungi mukanya dari tamparan panas neraka dan percikan apinya dengan tangannya, kemudian datanglah kepadanya amal sedekahnya, maka amal sedekahnya itu menjadi pelindung dirinya dan menjadi naungan di atas kepalanya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah dikepung oleh malaikat-malaikat Zabaniyah (juru siksa), Kemudian datanglah kepadanya amal amar makruf nahi munkar-nya, lalu amalnya itu menyelamat­kan dia dari tangan mereka dan memasukkannya ke dalam lindungan malaikat-malaikat rahmat. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku dalam keadaan bersideku di atas kedua lututnya, antara dia dan Allah terdapat hijab penghalang. Maka datanglah kepadanya kebaikan akhlaknya, lalu amal kebaikan akhlaknya itu membimbingnya dan memasukkannya ke dalam haribaan Allah Swt. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang buku catatan amalnya diberikan dari sebelah kirinya, kemudian datanglah kepadanya amal takutnya kepada Allah, lalu amalnya itu mengambil buku catatan amalnya dan menjadikannya berada di sebelah kanannya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang neraca amalnya diringankan, kemudian datanglah anak-anaknya, yang mati sebelum balig maka menjadi beratlah timbangan amalnya berkat mereka.Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang sedang berdiri di tepi neraka Jahannam, kemudian datanglah kepadanya amal malunya kepada Allah, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari tempat itu dan membawanya pergi jauh darinya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian datanglah kepadanya amal tangisannya karena takut kepada Allah di dunia, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari neraka. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku sedang berdiri di atas sirat dalam keadaan menggigil (ketakutan) seperti anak domba, maka datanglah kepadanya amal baik prasangka kepada Allah, lalu menenangkan ketakutannya dan membawanya berlalu. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku berada di atas sirat, terkadang merangkak dan terkadang mengesot, kemudian datanglah kepadanya amal membaca salawat buatku, lalu amalnya membimbingnya dan menegakkannya, lalu membawanya berlalu di atas sirat. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah sampai di pintu surga, tetapi pintu surga semuanya ditutup untuknya, kemudian datanglah kepadanya bacaan syahadatnya yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Maka dibukalah untuknya semua pintu surga, lalu amalnya memasukkannya ke dalam surga.
Setelah mengetengahkan hadis ini dari jalur yang telah disebutkan di atas, Al-Qurtubi mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang agung, di dalamnya disebutkan amalan-amalan khusus yang dapat menyelamatkan pelakunya dari siksa-siksa tertentu. Demikianlah pula bunyi lafaz hadis yang diketengahkan oleh Al-Qurtubi di dalam kitab Tazkirah-nya.
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkan sebuah hadis garib yang cukup panjang. Dia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ النُّكْرِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ الْبُرْسَانِيُّ أَبُو عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الْحَبَطِيُّ -وَكَانَ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْبَصْرَةِ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ حَزْمٍ، وَسَلَّامِ بْنِ أَبِي مُطِيعٍ -حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خُنَيْسٍ، عَنْ ضِرَارِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ إِلَى وَلِيِّي فَأْتِنِي بِهِ، فَإِنِّي قَدْ ضَربته بِالسَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ، فَوَجَدْتُهُ حَيْثُ أُحِبُّ. ائْتِنِي بِهِ فَلأريحنَّه. فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ أَكْفَانٌ وحَنُوط مِنَ الْجَنَّةِ، وَمَعَهُمْ ضَبَائِرُ الرَّيْحَانِ، أَصِلُ الرَّيْحَانَةِ وَاحِدٌ وَفِي رَأْسِهَا عِشْرُونَ لَوْنًا، لِكُلِّ لَوْنٍ مِنْهَا رِيحٌ سِوَى رِيحِ صَاحِبِهِ، وَمَعَهُمُ الْحَرِيرُ الْأَبْيَضُ فِيهِ الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ. فَيَجْلِسُ مَلَكُ الْمَوْتِ عِنْدَ رَأْسِهِ، وَتَحِفُّ بِهِ الْمَلَائِكَةُ. وَيَضَعُ كُلُّ مَلَكٍ مِنْهُمْ يَدَهُ عَلَى عُضْوٍ مِنْ أَعْضَائِهِ ويَبْسط ذَلِكَ الْحَرِيرَ الْأَبْيَضَ وَالْمِسْكَ الأذفَر تَحْتَ ذَقْنِهِ، ويفتَح لَهُ بابٌ إِلَى الْجَنَّةِ، فَإِنَّ نَفْسَهُ لَتَعلَّلُ عِنْدَ ذَلِكَ بِطَرَفِ الْجَنَّةِ تَارَةً، وَبِأَزْوَاجِهَا [مَرَّةً] ومرَّةً بِكِسْوَاتِهَا وَمَرَّةً بِثِمَارِهَا، كَمَا يُعَلّل الصَّبِيُّ أَهْلَهُ إِذَا بَكَى". قَالَ: "وَإِنَّ أَزْوَاجَهُ لَيَبْتَهِشْنَ عِنْدَ ذَلِكَ ابْتِهَاشًا".قَالَ: "وَتَنْزُو الرُّوحُ". قَالَ البُرْسَاني: يُرِيدُ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ العَجَل إِلَى مَا تُحِبُّ. قَالَ: "وَيَقُولُ مَلَك الْمَوْتِ: اخْرُجِي يَا أَيَّتُهَا الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ، إِلَى سِدْرٍ مَخْضُودٍ، وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ، وَظِلٍّ مَمْدُودٍ، وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ". قَالَ: "ولَمَلَك الْمَوْتِ أَشَدُّ بِهِ لُطْفًا مِنَ الْوَالِدَةِ بِوَلَدِهَا، يَعْرِفُ أَنَّ ذَلِكَ الرُّوحَ حَبِيبٌ لِرَبِّهِ، فَهُوَ يَلْتَمِسُ بِلُطْفِهِ تَحَبُّبًا لَدَيْهِ رِضَاءً لِلرَّبِّ عَنْهُ، فتُسَلُّ رُوحُهُ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنَ الْعَجِينِ". قَالَ: "وَقَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ} [النَّحْلِ: 32] ، وَقَالَ {فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ} [الْوَاقِعَةِ: 88، 89] ، قَالَ: "رَوْحٌ مِنْ جِهَةِ الْمَوْتِ، وَرَيْحَانٌ يُتَلَقَّى بِهِ، وَجَنَّةُ نَعِيمٍ تُقَابِلُهُ". قَالَ: "فَإِذَا قَبض مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ، قَالَتِ الرُّوحُ لِلْجَسَدِ: جَزَاكَ اللَّهُ عَنِّي خَيْرًا، فَقَدْ كُنْتَ سَرِيعًا بِي إِلَى طَاعَةِ اللَّهِ، بَطِيئًا بِي عَنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ، فَقَدْ نَجَيْتَ وَأَنْجَيْتَ". قَالَ: "وَيَقُولُ الْجَسَدُ لِلرُّوحِ مِثْلَ ذَلِكَ". قَالَ: "وَتَبْكِي عَلَيْهِ بِقَاعُ الْأَرْضِ الَّتِي كَانَ يُطِيعُ اللَّهَ فِيهَا، وَكُلُّ بَابٍ مِنَ السَّمَاءِ يَصْعَدُ مِنْهُ عَمَلُهُ. وَيَنْزِلُ مِنْهُ رِزْقُهُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً".قَالَ: "فَإِذَا قَبَض مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ، أَقَامَتِ الْخَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ عِنْدَ جَسَدِهِ، فَلَا يَقْلُبُهُ بَنُو آدَمَ لِشِقٍّ إِلَّا قَلَبَتْهُ الْمَلَائِكَةُ قَبْلَهُمْ، وَغَسَّلَتْهُ وَكَفَّنَتْهُ بِأَكْفَانٍ قَبْلَ أكفان بني آدم، وحنوط قبل حنوط بَنِي آدَمَ، وَيَقُومُ مِنْ بَيْنِ بَابِ بَيْتِهِ إِلَى بَابِ قَبْرِهِ صَفَّانِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، يَسْتَقْبِلُونَهُ بِالِاسْتِغْفَارِ، فَيَصِيحُ عِنْدَ ذَلِكَ إِبْلِيسُ صَيْحَةً تَتَصَدَّعُ مِنْهَا عِظَامُ جَسَدِهِ". قَالَ: "وَيَقُولُ لِجُنُودِهِ: الْوَيْلُ لَكُمْ. كَيْفَ خَلَص هَذَا الْعَبْدُ مِنْكُمْ، فَيَقُولُونَ إِنَّ هَذَا كَانَ عَبْدًا مَعْصُومًا". قَالَ: "فَإِذَا صَعِدَ مَلَكُ الْمَوْتِ بِرُوحِهِ، يَسْتَقْبِلُهُ جِبْرِيلُ فِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ، كُلٌّ يَأْتِيهِ بِبِشَارَةٍ مِنْ رَبِّهِ سِوَى بِشَارَةِ صَاحِبِهِ". قَالَ: "فَإِذَا انْتَهَى مَلَكُ الْمَوْتِ بِرُوحِهِ إِلَى الْعَرْشِ، خَرّ الرُّوحُ سَاجِدًا". قَالَ: "يَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ بِرُوحِ عَبْدِي فَضَعْهُ فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ، وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ، وَظِلٍّ مَمْدُودٍ، وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ". قَالَ: "فَإِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، جَاءَتْهُ الصَّلَاةُ فَكَانَتْ عَنْ يَمِينِهِ، وَجَاءَهُ الصِّيَامُ فَكَانَ عَنْ يَسَارِهِ، وَجَاءَهُ الْقُرْآنُ فَكَانَ عِنْدَ رَأْسِهِ، وَجَاءَهُ مَشْيُهُ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَانَ عِنْدَ رِجْلَيْهِ، وَجَاءَهُ الصَّبْرُ فَكَانَ نَاحِيَةَ الْقَبْرِ". قَالَ: "فَيَبْعَثُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، عُنُقًا مِنَ الْعَذَابِ". قَالَ: "فَيَأْتِيهِ عَنْ يَمِينِهِ" قَالَ: "فَتَقُولُ الصَّلَاةُ: وَرَاءَكَ وَاللَّهِ مَا زَالَ دَائِبًا عُمْرَهُ كُلَّهُ وَإِنَّمَا اسْتَرَاحَ الْآنَ حِينَ وُضِعَ فِي قَبْرِهِ". قَالَ: "فَيَأْتِيهِ عَنْ يَسَارِهِ، فَيَقُولُ الصِّيَامُ مِثْلَ ذَلِكَ". قَالَ: "ثُمَّ يَأْتِيهِ مِنْ عِنْدِ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ الْقُرْآنُ وَالذِّكْرُ مِثْلَ ذَلِكَ". قَالَ: "ثُمَّ يَأْتِيهِ مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ، فَيَقُولُ مَشْيُهُ إِلَى الصَّلَاةِ مِثْلَ ذَلِكَ. فَلَا يَأْتِيهِ الْعَذَابُ مِنْ نَاحِيَةٍ يَلْتَمِسُ هَلْ يَجِدُ مُسَاغًا إِلَّا وجَد وَلِيَّ اللَّهِ قَدْ أَخَذَ جُنَّتَهُ". قَالَ: "فَيَنْقَمِعُ الْعَذَابُ عِنْدَ ذَلِكَ فَيَخْرُجُ". قَالَ: "وَيَقُولُ الصَّبْرُ لِسَائِرِ الْأَعْمَالِ: أَمَا إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُبَاشِرَ أَنَا بِنَفْسِي إِلَّا أَنِّي نَظَرْتُ مَا عِنْدَكُمْ، فَإِنْ عَجَزْتُمْ كُنْتُ أَنَا صَاحِبَهُ، فَأَمَّا إِذْ أَجَزَأْتُمْ عَنْهُ فَأَنَا لَهُ ذُخْرٌ عِنْدَ الصِّرَاطِ وَالْمِيزَانِ". قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكَيْنِ أَبْصَارُهُمَا كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ، وَأَصْوَاتُهُمَا كَالرَّعْدِ الْقَاصِفِ، وَأَنْيَابُهُمَا كَالصَّيَاصِي، وَأَنْفَاسُهُمَا كَاللَّهَبِ، يَطَآنِ فِي أَشْعَارِهِمَا، بَيْنَ مَنْكِب كُلِّ وَاحِدٍ مَسِيرَةُ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ نُزِعَتْ مِنْهُمَا الرَّأْفَةُ وَالرَّحْمَةُ، يُقَالُ لَهُمَا: مُنْكَرٌ وَنَكِيرٌ، فِي يد كل واحد منهما مطرقة، لو اجتمع عَلَيْهَا رَبِيعَةُ وَمُضَرُ لَمْ يُقلّوها". قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: اجْلِسْ". قَالَ: "فَيَجْلِسُ فَيَسْتَوِي جَالِسًا". قَالَ: "وتقع أكفانه في حقويه". قال: "فيقولان له: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟ ". قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يُطِيقُ الْكَلَامَ عِنْدَ ذَلِكَ، وَأَنْتَ تَصِفُ مِنَ المَلَكَين مَا تَصِفُ؟ قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} قَالَ: "فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَدِينِيَ الْإِسْلَامُ الَّذِي دَانَتْ بِهِ الْمَلَائِكَةُ، وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ: صَدَقْتَ". قَالَ: فَيَدْفَعَانِ الْقَبْرَ، فَيُوَسِّعَانِ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَعَنْ يَمِينِهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَعَنْ شِمَالِهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَمِنْ خَلْفِهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَمِنْ عند رأسه أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَمِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا". قَالَ: "فَيُوَسِّعَانِ لَهُ مِائَتَيْ ذِرَاعٍ".قَالَ الْبُرْسَانِيُّ: فَأَحْسَبُهُ: وَأَرْبَعِينَ ذِرَاعًا تُحَاطُ بِهِ. قَالَ: "ثُمَّ يَقُولَانِ لَهُ: انْظُرْ فَوْقَكَ، فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى الْجَنَّةِ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: وليَّ اللَّهِ، هَذَا مَنْزِلُكَ إِذْ أَطَعْتَ اللَّهِ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّهُ يَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ فَرْحَةٌ، وَلَا تَرْتَدُّ أَبَدًا، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: انْظُرْ تَحْتَكَ". قَالَ: "فَيَنْظُرُ تَحْتَهُ فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى النَّارِ قَالَ: "فَيَقُولَانِ: وَلِيَّ اللَّهِ نَجَوْتَ آخِرَ مَا عَلَيْكَ". قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أنه لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ فَرْحَةٌ لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا". قَالَ: فَقَالَتْ عَائِشَةُ: يُفْتَحُ لَهُ سَبْعَةٌ وَسَبْعُونَ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، يَأْتِيهِ رِيحُهَا وَبَرْدُهَا، حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ.وَبِالْإِسْنَادِ الْمُتَقَدِّمِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ إِلَى عَدُوِّي فَأْتِنِي بِهِ، فَإِنِّي قَدْ بَسَطْتُ لَهُ رِزْقِي، ويَسّرت لَهُ نِعْمَتِي، فَأَبَى إِلَّا مَعْصِيَتِي، فَأْتِنِي بِهِ لِأَنْتَقِمَ مِنْهُ". قَالَ: "فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ فِي أَكْرَهِ صُورَةٍ مَا رَآهَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ قَطّ، لَهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا، وَمَعَهُ سَفُود مِنَ النَّارِ كَثِيرُ الشَّوْكِ، وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ نُحَاسٌ وَجَمْرٌ مِنْ جَمْرِ جَهَنَّمَ، وَمَعَهُمْ سِيَاطٌ مِنْ نَارٍ، لِينُهَا لِينُ السِّيَاطِ وَهِيَ نَارٌ تَأَجُّجُ". قَالَ: "فَيَضْرِبُهُ مَلَكُ الْمَوْتِ بِذَلِكَ السَّفُّودِ ضَرْبَةً يغيبُ كُلُّ أَصْلِ شَوْكَةٍ مِنْ ذَلِكَ السَّفُّودِ فِي أَصْلِ كُلِّ شَعْرَةٍ وَعِرْقٍ وَظُفْرٍ". قَالَ: "ثُمَّ يَلْوِيهِ لَيًّا شَدِيدًا". قَالَ: "فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ أَظْفَارِ قَدَمَيْهِ". قَالَ: "فَيُلْقِيهَا" فِي عَقِبَيْهِ ثُمَّ يَسْكَرُ عِنْدَ ذَلِكَ عَدُوُّ اللَّهِ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ". قَالَ: "وَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ ودُبُره بِتِلْكَ السِّيَاطِ". [قَالَ: "فَيَشُدُّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ شَدَّةً، فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ عَقِبَيْهِ، فَيُلْقِيهَا فِي رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ يَسْكَرُ عَدُوُّ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ". قَالَ: "فَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ وَدُبُرَهُ بِتِلْكَ السِّيَاطِ"] قَالَ: "ثُمَّ يَنْتُرُهُ مَلَكُ الْمَوْتِ نَتَرة، فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ رُكْبَتَيْهِ فَيُلْقِيهَا فِي حَقُوَيْهِ". قَالَ: "فَيَسْكَرُ عَدُوُّ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ". قَالَ: "وَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ ودُبُره بِتِلْكَ السِّيَاطِ". قَالَ: "كَذَلِكَ إِلَى صَدْرِهِ، ثُمَّ كَذَلِكَ إِلَى حَلْقِهِ". قَالَ: ثُمَّ تَبْسُطُ الْمَلَائِكَةُ ذَلِكَ النُّحَاسَ وَجَمْرَ جَهَنَّمَ تَحْتَ ذَقَنِهِ". قَالَ: "وَيَقُولُ مَلَكُ الْمَوْتِ: اخْرُجِي أَيَّتُهَا الرُّوحُ اللَّعِينَةُ الْمَلْعُونَةُ إِلَى سَمُوم وَحَمِيمٍ، وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ، لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ". قَالَ: "فَإِذَا قَبَضَ مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ قَالَ الرُّوحُ لِلْجَسَدِ: جَزَاكَ اللَّهُ عَنِّي شَرًّا، فَقَدْ كُنْتَ سَرِيعًا بِي إِلَى مَعْصِيَةِ اللَّهِ، بَطِيئًا بِي عَنْ طَاعَةِ اللَّهِ، فَقَدْ هَلَكْتَ وَأَهْلَكْتَ" قَالَ: "وَيَقُولُ الْجَسَدُ لِلرُّوحِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَتَلْعَنُهُ بِقَاعُ الْأَرْضِ الَّتِي كَانَ يَعْصِي اللَّهَ عَلَيْهَا، وَتَنْطَلِقُ جُنُودُ إِبْلِيسَ إِلَيْهِ فَيُبَشِّرُونَهُ بِأَنَّهُمْ قَدْ أَوْرَدُوا عَبْدًا مِنْ وَلَدِ آدَمَ النَّارَ". قَالَ: فَإِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ ضُيق عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ أَضْلَاعُهُ، حَتَّى تَدْخُلَ الْيُمْنَى فِي الْيُسْرَى، وَالْيُسْرَى فِي الْيُمْنَى" قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ أَفَاعِيَ دُهمًا كَأَعْنَاقِ الْإِبِلِ يَأْخُذْنَ بِأَرْنَبَتِهِ وَإِبْهَامَيْ قَدَمَيْهِ فَيَقْرِضْنَهُ حَتَّى يَلْتَقِينَ فِي وَسَطِهِ".قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكَيْنِ أَبْصَارُهُمَا كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ، وَأَصْوَاتُهُمَا كَالرَّعْدِ الْقَاصِفِ، وَأَنْيَابُهُمَا كَالصَّيَاصِي، وَأَنْفَاسُهُمَا كَاللَّهَبِ يَطَآنِ فِي أَشْعَارِهِمَا، بَيْنَ مَنْكِبَيْ كُلِّ وَاحِدِ مِنْهُمَا مَسِيرَةُ كَذَا وَكَذَا، قَدْ نُزِعَتْ مِنْهُمَا الرَّأْفَةُ وَالرَّحْمَةُ يُقَالُ لهما: منكر ونكير، في يد كل واحد مِنْهُمَا مِطْرَقَةٌ، لَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهَا رَبِيعَةُ وَمُضَرُ لَمْ يُقِلُّوهَا" قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: اجْلِسْ". قَالَ: "فيستوي جالسا" قال: "وتقع أكفانه في حقويه" قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَليّت". [قَالَ] فَيَضْرِبَانِهِ ضَرْبَةً يَتَطَايَرُ شَرَرُهَا فِي قَبْرِهِ، ثُمَّ يَعُودَانِ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ: انْظُرْ فَوْقَكَ. فَيَنْظُرُ، فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولَانِ: هَذَا -عَدُوَّ اللَّهِ -مَنْزِلُكَ لَوْ أَطَعْتَ اللَّهِ".قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ حَسْرَةٌ لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا".قَالَ: "وَيَقُولَانِ لَهُ: انْظُرْ تَحْتَكَ فَيَنْظُرُ تَحْتَهُ، فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى النَّارِ، فَيَقُولَانِ: عَدُوَّ اللَّهِ، هَذَا مَنْزِلُكَ إِذْ عَصَيْتَ اللَّهِ".قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ حَسْرَةٌ لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا".قَالَ: وَقَالَتْ عَائِشَةُ: وَيُفْتَحُ لَهُ سَبْعَةٌ وَسَبْعُونَ بَابًا إِلَى النَّارِ، يَأْتِيهِ [مِنْ] حَرِّهَا وَسَمُومِهَا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ إِلَيْهَا
telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Ahmad ibnu Ibrahim An-Nakri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakr Al-Barsani Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Al-Habti (seorang ulama Basrah yang terpandang, murid Hazm) dan Salam ibnu Abu Muti', telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Hubaisy, dari Darrar ibnu Amr, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik, dari Tamim Ad-Dari, dari Nabi Saw. yang telah bersabda bahwa: Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut, "Pergilah kamu menemui kekasih-Ku, lalu bawalah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan kesukaan dan kedukaan, dan Aku menjumpainya bersikap seperti apa yang Aku sukai. Bawalah dia kepada-Ku, sesungguhnya Aku akan membuatnya senang." Maka berangkatlah malaikat maut bersama lima ratus malaikat yang membawa kain kafan dan wewangian dari surga kepada orang yang dimaksud. Mereka juga membawa beberapa ikat kayu cendana yang batangannya sama, tetapi setiap ikatan terdiri atas dua puluh batang yang pada ujungnya memepunyai warna yang berbeda-beda; setiap warna mempunyai bau harum yang berbeda dengan yang lainnya, mereka membawa pula kain sutra putih yang diberi wewangian minyak misk aifar (minyak kesturi yang paling harum). Kemudian malaikat maut duduk di dekat kepalanya, sedangkan malaikat-malaikat lainnya mengelilinginya, setiap malaikat memegangkan tangannya ke bagian tubuhnya. Lalu sutra putih dan minyak kesturi azfar itu diletakkan di bawah dagunya, dan dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga. Sesungguhnya pada saat itu rohnya benar-benar merindukan surga yang dilihatnya, adakalanya kepada bidadari-bidadari calon istrinya, adakalanya kepada pakaiannya yang gemerlapan, dan adakalanya merindukan buah-buahannya, sebagaimana seorang anak kecil merengek-rengek kepada orang tuanya bila menangis (meminta sesuatu). Dan sesungguhnya para bidadari calon istrinya saat itu benar-benar sangat gembira; Perawi mengatakan bahwa roh orang tersebut meloncat, yakni ingin segera keluar dari tubuhnya menuju kepada apa yang didambakannya. Kemudian malaikat maut berkata, "Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang bersusun- susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, serta air yang tercurah". Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya malaikat maut bersikap jauh lebih lemah lembut terhadapnya daripada lemah lembutnya seorang ibu kepada anaknya. Malaikat mengetahui bahwa roh itu adalah kekasih Tuhannya, maka dia bersikap lemah lembut untuk memuaskannya karena Tuhan telah rida kepadanya. Maka malaikat maut mencabut nyawanya sebagaimana seutas rambut dicabut dari adonan roti (yakni dengan lemah lembut). Perawi mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman: orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat. (An-Nahl: 32) Dan firman Allah Swt.: Adapun jika dia (orang-orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88- 89) Yang dimaksud dengan rauhun adalah ketenteraman dalam menghadapi kematiannya, sedangkan raihan maksudnya rezeki yang menyambutnya, dan surga kenikmatan yang ada dihadapannya. Apabila malaikat maut telah mencabut nyawanya, maka rohnya berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadamu atas jasamu kepadaku. Sesungguhnya kamu dahulu sangat cepat membawaku kepada ketaatan kepada Allah, lamban membawaku kepada perbuatan maksiat. Sekarang aku selamat, begitu pula kamu". Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa jasad pun berkata demikian kepada rohnya. Maka semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat ketaatan kepada Allah ditempat itu menangisi kematiannya, demikian pula semua malaikat yang menjaga pintu setiap langit yang menjadi jalan naik amalnya serta tempat turun rezekinya selama empat puluh hari. Setelah malaikat maut mencabut nyawanya, maka lima ratus malaikat berdiri mengurus jenazahnya, sehingga tidak sekali-kali anak Adam membolak-balikkannya. Melainkan para malaikat telah melakukan hal yang sama sebelumnya. Para malaikat itu memandikan dan mengafaninya sebelum manusia melakukannya serta memberinya kapur barus dan wewangian sebelum manusia melakukannya. Dari pintu rumahnya hingga sampai ke kuburnya berdiri dua saf malaikat yang mengiringinya seraya membaca istigfar (memohon ampun kepada Allah buat si mayat yang mukmin). Maka pada saat itu juga iblis menjerit dengan jeritan yang meretakkan tulang-tulang jasadnya, lalu iblis berkata kepada bala tentaranya, "Celakalah kalian, mengapa hamba ini lolos dari kalian", Bala tentara iblis menjawab, "Sesungguhnya hamba ini adalah seorang hamba yang di ma'sum (dipelihara Allah dari dosa-dosa)". Bilamana malaikat maut naik membawa rohnya, ia disambut oleh Malaikat Jibril bersama tujuh puluh ribu malaikat. Tiap-tiap malaikat menyampaikan berita gembira kepada roh itu dengan berita gembira yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh teman-temannya. Apabila malaikat maut telah sampai di 'Arasy membawanya, maka roh itu terjungkal bersujud (kepada Allah). Dan Allah berfirman kepada malaikat maut, "Bawalah roh hambaku ini dan letakkanlah ia di dekat pohon bidara yang tak berduri, pdhon pisang yang bersusun-susun (buahnya), naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah". Setelah jasadnya dimasukkan ke dalam kuburnya, maka ia kedatangan amal salatnya, Jalu mengambil tempat di sebelah kanannya, dan datang pula amal puasanya,lalu mengambil tempat di sebelah kirinya. Amalan membaca Al-Qur'an datang kepadanya dan mengambil tempat di dekat kepalanya. Amal berjalan menuju ke tempat salat datang kepadanya dan mengambil tempat di dekat kedua kakinya. Dan amal sabar datang kepada­nya dan mengambil tempat di dalam kuburnya. Kemudian Allah mengirimkan sebagian dari azab-Nya. Lalu azab itu datang dari arah kanannya, maka salat berkata kepadanya, "Pergilah ke arah belakangmu (yakni menyingkirlah kamu)! Demi Allah, dia masih terus-menerus menunaikan amalnya sepanjang usianya, dan sesungguhnya sekarang dia sedang istirahat setelah diletakkan di dalam kuburnya." Azab datang kepadanya dari sebelah kirinya, maka amal puasanya mengatakan hal yang sama kepada malaikat azab itu. Kemudian azab datang dari arah kepalanya, maka Al-Quran dan zikir mengatakan hal yang sama. Lalu azab datang dari arah kedua kakinya, maka amal berjalannya menuju ke salat mengatakan hal yang sama. Tidak sekali-kali azab datang dari suatu arah dengan maksud untuk mencari jalan masuk kepada si mayat melainkan ia menemukan kekasih Allah itu telah dijaga ketat oleh benteng amalnya. Maka azab pun tidak berdaya terhadapnya, lalu ia keluar meninggalkannya. Setelah itu amal sabarnya berkata kepada amal lainnya, "Ingatlah, sesungguhnya saya tidak turun tangan tiada lain karena saya hendak melihat terlebih dahulu apa yang akan dilakukan oleh kalian. Jika kalian tidak mampu mencegahnya, maka akulah yang akan mencegahnya. Tetapi sekarang kalian ternyata sudah cukup untuk mencegahnya, dan sekarang aku akan menjadi tabungan baginya kelak di sirat dan mizan (neraca amal). Kemudian Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya bagaikan kilat yang menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, gigi taringnya bagaikan benteng, dan napasnya bagaikan semburan api. Rambut keduanya panjang sampai ke bahu masing-masing yang lebarnya sama dengan perjalanan sejauh anu, sedangkan rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari kedua malaikat tersebut. Kedua malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir, di tangan masing-masing tergenggam sebuah palu (gada); seandainya kabilah Rabi'ah dan Mudar bergabung menjadi satu untuk mengangkatnya, tentulah mereka masih belum dapat mengangkatnya. Kedua malaikat itu berkata kepadanya, "Duduklah!" Maka bangkit­lah orang mukmin itu, lalu duduk dengan tegak, dan kain kafannya jatuh sampai pinggangnya. Keduanya bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang akan mampu berbicara dalam keadaan seperti itu, sedangkan engkau telah menggambarkan kedua malaikat tersebut dengan rupa yang amat mengerikan?" Rasulullah Saw. menjawab dengan membaca firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim: 27) Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan agamaku adalah Islam yang dianut juga oleh para malaikat; serta nabi (panutan)ku adalah Muhammad, penutup para nabi." Kedua malaikat itu berkata, "Kamu benar." Lalu dikembalikanlah ia ke dalam kuburnya dan di luaskan kuburnya sejauh empat puluh hasta ke sebelah depannya, ke sebelah kanan dan kirinya diluaskan pula masing-masing empat puluh hasta, dari arah belakangnya diluaskan empat puluh hasta, dari arah kepalanya empat puluh hasta, dan dari arah kedua kakinya empat puluh hasta. Maka diluaskan baginya sebanyak dua ratus hasta. Al-Bursani mengatakan bahwa ia menduga si perawi bermaksud empat puluh hasta sekelilingnya. Kemudian kedua malaikat itu berkata kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!" Tiba-tiba ia melihat sebuah pintu yang menuju surga dibuka. Lalu keduanya berkata pula, "Hai kekasih Allah, inilah tempat tinggalmu karena kamu telah taat kepada Allah." Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya pada saat itu juga hatinya kemasukan rasa gembira yang tidak pernah lenyap selama-lamanya." Kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu." Maka ia melihat ke arah bawahnya, tiba-tiba terlihat sebuah pintu yang menuju neraka dibuka. Kedua malaikat itu berkata, "Hai kekasih Allah, engkau telah selamat pada akhirnya." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya pada saat itu hatinya kemasukan rasa gembira yang tidak pernah pudar selama-lamanya." Perawi mengatakan bahwa Siti Aisyah berkata, "Dibukakan baginya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju surga, sehingga sampai kepadanya angin surga yang menyejukkan, hingga Allah membangkitkannya kelak (di hari kiamat)." Dengan sanad yang sama sampai kepada Nabi Saw. disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut, "Pergilah kamu kepada musuh­Ku, dan datangkanlah ia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah meluaskan rezekinya dan memudahkan nikmat-Ku baginya, tetapi ia membangkang, tidak mau taat kepada-Ku, melainkan hanya mau durhaka kepada-Ku. Datangkanlah dia kepada-Ku, Aku akan membalasnya." Malaikat maut berangkat untuk menjemput orang yang dimaksud dalam rupa yang paling mengerikan yang belum pernah dilihat oleh seorang manusia pun. Dia mempunyai dua belas mata, dan membawa tusukan dari api yang banyak durinya. Dia datang bersama lima ratus malaikat yang membawa tembaga dan bara dari api neraka jahannam, dan mereka membawa cemeti dari api yang lenturannya sama dengan cemeti, tetapi berupa api yang menyala-nyala. Malaikat maut memukulnya dengan tusuk besi itu dengan tusukan yang keras sehingga semua duri yang ada padanya masuk ke dalam akar tiap rambut yang ada pada tubuhnya, pori-pori keringatnya, dan kuku-kukunya. Kemudian malaikat maut memutar-mutarkannya dengan putaran yang keras. Malaikat maut mencabut rohnya dari bawah kuku jari-jari kedua telapak kakinya, lalu menghentikannya sampai ke mata kakinya. Disebut­kan bahwa orang yang menjadi musuh Allah itu tidak sadarkan diri karena sakit yang tak terperikan, maka malaikat maut memelankan cabutannya. Sedangkan malaikat-malaikat lainnya memukuli bagian muka dan bagian belakang tubuh orang itu dengan cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menariknya kembali dengan kuat dan mencabut rohnya dari kedua mata kakinya sampai kepada kedua lututnya, lalu musuh Allah itu tidak sadarkan diri, dan malaikat maut memelankan cabutannya. Para malaikat lainnya terus memukuli bagian depan dan belakang tubuhnya dengan cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menarik rohnya dengan tarikan yang kuat dari kedua lututnya sampai kepada pinggangnya, dan musuh Allah itu merasakan sakit yang tak terperikan; lalu malaikat maut memelankan cabutannya, sedangkan malaikat-malaikat lainnya memukulinya, dengan cemeti-cemetinya pada bagian depan dan belakang tubuhnya. Demikianlah seterusnya dilakukan hal yang sama sampai ke dadanya, lalu ke tenggorokannya, Kemudian para malaikat menggelarkan tembaga dan bara api neraka Jahannam itu di bawah dagunya. Lalu malaikat maut berkata, "Keluarlah, hai roh yang terkutuk, menuju kepada siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih, dalam naungan asap hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan." Apabila malaikat maut telah mencabut rohnya, maka roh berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah membalasmu dengan balasan yang buruk karena perbuatanmu kepadaku. Sesungguhnya dahulu kamu membawaku dengan cepat kepada kemaksiatan terhadap Allah. Lamban dalam membawaku kepada ketaatan terhadap Allah. Sesungguhnya aku sekarang telah binasa, dan kamu pun binasa pula." Jasad pun mengatakan hal yang sama kepada rohnya. Dan semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat durhaka padanya melaknatinya. Lalu bala tentara iblis berangkat menghadap kepada iblis menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa mereka telah berhasil memasukkan seorang hamba dari Bani Adam ke dalam neraka. Apabila ia telah diletakkan di dalam kuburnya. Maka kuburannya men­jepitnya hingga tulang-tulang iganya berantakkan; yang sebelah kanan masuk ke sebelah kiri, sedangkan yang sebelah kiri masuk ke sebelah kanan. Kemudian Allah mengirimkan kepadanya ular-ular hitam —yang besar­nya seperti leher unta—yang menggerogotinya dari kedua telinganya dan dari jari jempol kedua telapak kakinya hingga bertemu di bagian tengah tubuhnya. Lalu Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya seperti kilat menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, dan gigi taringnya seperti benteng, nafasnya seperti semburan api, rambutnya panjang sampai ke pundaknya yang lebar salah satu sisinya sama dengan jarak perjalanan seanu, rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari hati keduanya. Kedua malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir. Pada tangan masing-masing terdapat sebuah gada, seandainya kabilah Rabi'ah dan Mudar bersatu untuk mengangkat­nya, mereka tidak dapat mengangkatnya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Duduklah!" Maka ia duduk tegak dan kain kafannya jatuh sampai batas pinggangnya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Tidak tahu." keduanya berkata, "Kamu tidak tahu dan tidak pula perna membaca (mengenainya)." Maka keduanya memukulnya dengan pukulan yang percikannya berhamburan menerangi kuburnya, kemudian kembali memukulinya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!" Tiba-tiba sebuah pintu dari surga dibuka, lalu keduanya berkata, "Hai musuh Allah, inilah tempatmu seandainya kamu taat kepada Allah." Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia dalam hatinya kemasukan rasa menyesal yang tidak pernah kunjung pudar selama-lamanya." Dan keduanya berkata kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu!" Maka ia melihat ke arah bawahnya, Tiba-tiba sebilah pintu menuju neraka dibuka, lalu keduanya berkata, "Hai musuh Allah, inilah tempat tinggalmu, karena kamu durhaka kepada Allah." Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya hatinya kemasukan rasa menyesal yang tidak pudar selama-lamanya." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Siti Aisyah r.a. telah mengatakan, "Lalu dibukakan untuknya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju neraka, sehingga panasnya neraka dan asapnya sampai kepadanya, hingga Allah membangkitkannya dari kuburnya."
Hadis ini sangat garib dan teksnya mengandung keanehan. Ar-Raqqasy (salah seorang perawinya) menambahkan riwayat lain dari Anas, isinya banyak mengandung hal yang garib dan munkar, sedangkan dia sendiri orangnya daif dalam periwayatan hadis, menurut pendapat para imam ahli hadis.
Karena itulah Abu Daud mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ -هُوَ ابْنُ يُوسُفَ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَحير، عَنْ هَانِئٍ مَوْلَى عُثْمَانَ، عَنْ عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الرَّجُلِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ: "اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ، وَاسْأَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسأَلُ"
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, dari Abdullah ibnu Bujair, dari Hani' maula Usman, dari Usman r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. apabila ia telah selesai dari mengebumikan jenazah seseorang, beliau berdiri di dekat kuburnya, lalu bersabda: Mohonlah ampunan buat saudara kalian dan mintakanlah keteguhan buatnya (kepada Allah), karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanyai.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara munfarid.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih telah mengetengahkan sebuah hadis sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93), hingga akhir ayat.
Hadisnya sangat panjang, diriwayatkan melalui jalur-jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu’, di dalamnya terdapat banyak hal yang garib pula.

Ibrahim, ayat 28-30

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29) وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (30) }
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam, mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, "Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka."
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28). Yang dimaksud dengan kalimat 'Tidakkah kamu perhatikan' ialah tidakkah kamu ketahui.
Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ}
Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana. (Al-Fajr: 6)
 dan firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا}
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar. (Al-Baqarah: 243)
Al-Bawar, artinya kebinasaan, berasal dari kata bara, yaburu, bauran, bawaran, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya pada ayat lain, yaitu:
{قَوْمًا بُورًا}
Kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Ata yang telah mendengar Ibnu Abbas berkata sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28). Bahwa mereka adalah orang-orang kafir penduduk kota Mekah.
Menurut riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna ayat ini, mereka adalah Jabalah ibnul Aiham dan para pengikutnya dari kalangan orang-orang Arab Badui, kemudian mereka menggabungkan diri bersama kerajaan Romawi.
Tetapi pendapat yang terkenal dan benar dari Ibnu Abbas adalah yang pertama tadi, sekalipun maknanya menyeluruh mencakup semua orang kafir. Karena sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. untuk segenap umat manusia dan sebagai nikmat buat mereka. Barang siapa yang menerimanya dan mengamalkannya sebagai rasa syukurnya, niscaya masuk surga. Dan barang siapa yang menolaknya serta mengingkarinya, tentulah ia masuk neraka.
Telah diriwayatkan pula dari Ali hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dalam riwayat pertamanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Qasim ibnu Abu Buzzah, dari Abut-Tufail, bahwa Ibnul Kawa pernah bertanya kepada sahabat Ali tentang makna firman-Nya: orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. (Ibrahim: 28). Ali mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir Quraisy pada peristiwa Perang Badar.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ubaid, telah rnenceritakan kepada kami Bassam (yakni As-Sairafi), dari Abut-Tufail yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Khalifah Ali, lalu bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, siapakah orang-orang yang mengganti nikmat Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke lembah kehinaan?" Khalifah Ali menjawab, "Mereka adalah orang-orang munafik dari kalangan kabilah Quraisy."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Nufail yang mengatakan bahwa ia pernah belajar kepada Ma'qal yang menceritakan hal berikut dari Ibnu Abu Husain, bahwa Khalifah Ali ibnu Abu Talib berdiri, lalu bertanya, "Tidakah seseorang yang menanyakan kepadaku tentang makna Al-Qur'an. Demi Allah, seandainya saya hari ini mengetahui ada sese­orang yang lebih alim daripada aku, niscaya aku akan datang kepadanya (untuk belajar), sekalipun dia berada di belakang lautan." Maka berdirilah Abdullah ibnul Kawa, lalu bertanya, "Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang mengganti nikmat Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah kebinasaan?" Maka Khalifah Ali menjawab, "Mereka adalah orang-orang musyrik Quraisy, Allah telah memberikan nikmat iman kepada mereka, tetapi mereka menukar nikmat Allah itu dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah kebinasaan."
 As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28), hingga akhir ayat. Bahwa Muslim Al-Mustaufa telah menceritakan dari Ali yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'mereka' itu adalah dua golongan orang-orang yang sangat durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, yaitu Bani Umayyah dan Bani Mugirah. Adapun Bani Mugirah, karena mereka men­jerumuskan kaumnya ke lembah kebinasaan dalam Perang Badar; sedang­kan Bani Umayyah, karena mereka menjerumuskan kaumnya ke lembah kebinasaan dalam Perang Uhud. Dalam Perang Badar yang memimpin adalah Abu Jahal, sedangkan dalam Perang Uhud adalah Abu Sufyan. Adapun yang dimaksud dengan lembah kebinasaan ialah neraka Jahannam.
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Al-Haris Abu Mansur, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Khalifah Ali membaca ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah kebinasaan. (Ibrahim: 28) Bahwa mereka adalah dua kelompok manusia yang durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, yaitu Bani Umayyah dan Banil Mugirah. Orang-orang Banil Mugirah binasa dalam Perang Badar, sedangkan Bani Umayyah diberi kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Abu Ishaq telah meriwayat­kannya dari Amr ibnu Murrah, dari Ali dengan lafaz yang semisal. Hal ini telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur bersumberkan darinya (Ali).
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Sa'd, dari Umar ibnul Khattab sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28) Bahwa mereka adalah dua kelompok orang-orang durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, yaitu Banil Mugirah dan Bani Umayyah. Banil Mugirah telah kalian tumpas dalam Perang Badar, sedangkan Bani Umayah mendapat kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Hamzah Az-Zayyat, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Umar ibnul Khattab tentang makna ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: Tidakkahkamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28). Umar ibnul Khattab menjawab, "Mereka adalah dua kelompok orang-orang durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, paman-pamanku, juga paman-pamanmu. Paman-pamanku telah dibinasakan oleh Allah dalam Perang Badar; sedangkan paman-pamanmu, maka Allah menangguhkan mereka sampai waktu tertentu."
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir Quraisy yang terbunuh dalam Perang Badar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Malik di dalam kitab tafsirnya, dari nafi', dari Ibnu Umar.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ}
Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. (Ibrahim:30)
Maksudnya, mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang mereka sembah di samping menyembah Allah, dan mereka mengajak manusia kepada hal tersebut.
Kemudian Allah Swt. mengancam mereka dengan ancaman yang keras melalui lisan Nabi-Nya:
{قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ}
Katakanlah, "Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka." (Ibrahim: 30)
Yakni selagi kalian mampu melakukannya di dunia, lakukanlah. Tetapi apa pun yang akan terjadi:
{فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ}
maka sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka." (Ibrahim: 30)
Tempat kembali dan tempat menetap kalian ialah neraka. Makna ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Lukman: 24)
{مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
(Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksayang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 70)

Ibrahim, ayat 31

{قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ (31) }
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, "Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.”
Allah Swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk taat kepada-Nya dan menunaikan kewajiban mereka kepada Allah serta berbuat baik kepada makhluk-Nya, yaitu hendaknya mereka mendirikan salat yang merupakan pengejawantahan penyembahan diri kepada Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang diberikan kepada mereka, yaitu dengan menunaikan zakat, memberi nafkah kepada kaum kerabat serta berbuat kebaikan kepada orang lain yang bukan kerabat. Yang dimaksud dengan mendirikan salat ialah menunaikannya pada waktunya masing-masing, memelihara batasan-batasannya, rukuk, khusuk, dan sujudnya.
Allah Swt. memerintahkan pula untuk memberikan nafkah dari apa yang direzekikan kepada mereka, baik secara sembunyi maupun terang-terangan; dan hendaklah mereka mengerjakan hal tersebut dengan segera demi untuk keselamatan diri mereka.
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ}
sebelum datang hari. (Ibrahim: 31)
Yakni hari kiamat.
{لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ}
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (Ibrahim: 31)
Artinya tidak akan diterima dari seorang pun tebusan yang diajukannya untuk menyelamatkan dirinya, sekalipun dengan menjual dirinya. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا}
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan kalian dan tidak pula dari orang-orang kafir. (Al-Hadid: 15)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلا خِلالٌ}
dan tidak pula persahabatan. (Ibrahim: 31)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pada hari itu tidak ada teloransi persahabatan terhadap orang yang wajib terkena hukuman. Yang ada pada hari itu hanyalah keadialan semata-mata. Lafaz khilal berasal dari kalimat khalaltu fulanan (aku menjadikan si Fulan teman dekatku), bentuk masdar-nya ialah khilal, seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan Imru'ul Qais:
صَرَفتُ الهَوَى عَنْهُنَّ مِنْ خَشْيَة الرَّدَى ... وَلَسْتُ بمقْلى الْخِلَالِ وَلَا قَال
Aku palingkan cintaku dari mereka (wanita-wanita itu) karena khawatir akan kebinasaan,
tetapi aku tidak akan memutuskan hubungan persahabatan yang telah aku bina.
Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya Allah telah mengetahui bahwa di dunia ini telah membudaya jual beli dan persahabatan yang mereka bina di dunia. Oleh karena itu, hendaklah seseorang memilih sahabat bergaul­nya dan karena apakah ia bersahabat. Jika persahabatan itu karena Allah, hendaklah dijaga kelestariannya; dan jika bukan karena Allah, hendaklah ia memutuskannya."
Menurut kami, makna yang dimaksud ialah Allah memberitahukan bahwa tiada suatu jual beli dan tiada pula tebusan yang bermanfaat bagi seseorang, sekalipun seseorang menebus dirinya dengan emas sepenuh bumi, jika memang emas ada pada hari itu. Dan tiada manfaat persahabatan seseorang, serta tiada manfaat pula syafaat seseorang jika orang yang bersangkutan menghadap kepada Allah dalam keadaan kafir.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَاتَّقُوا يَوْماً لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئاً وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ}
Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan darinya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. (Al-Baqarah: 123)
Dan firman AllahSwt.:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)

Ibrahim, ayat 32-34

{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأنْهَارَ (32) وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33) وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) }
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untuk kalian; dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagi kalian malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya. Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, bahwa Dia telah menciptakan bagi mereka langit yang berlapis-lapis sebagai atap yang dipelihara-Nya, dan bumi yang menjadi hamparannya.
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى
dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaha: 53)
Yakni buah-buahan yang bermacam-macam dan hasil tanaman yang ber­aneka ragam warna, bentuk, rasa, bau, dan manfaatnya. Allah menundukkan bahtera sehingga bahtera dapat mengapung di atas air laut dan berlayar menempuhnya dengan seizin Allah. Allah menundukkan laut untuk membawa bahtera agar orangrorang yang musafir menempuh jalan laut dapat bepergian dari suatu daerah ke daerah yang lain guna mengangkut kebutuhan mereka dari suatu daerah ke daerah yang lain (impor dan ekspor). Allah juga menundukkan sungai-sungai yang membelah bumi, lalu mengalir dari suatu daerah ke daerah yang lain, sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya berupa air minum, pengairan, dan kegunaan-kegunaan lainnya yang bermanfaat bagi mereka.
{وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ}
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya). (Ibrahim: 33)
Artinya, keduanya terus-menerus beredar pada garis edarnya malam dan dan siang hari tanpa henti-hentinya.
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40)
Allah Swt. telah berfirman:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)
Matahari dan bulan silih berganti, malam dan siang hari saling berebutan; adakalanya siang hari mengambil sebagian waktu malam hari hingga menjadi bertambah panjang. Begitu pula malam hari, adakalanya ia mengambil sebagian waktu dari siang hari sehingga siang hari pendek waktunya dan malam hari panjang.
{يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى}
Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan; masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (Az-Zumar: 5)
*******************
Firman Allah Swt:
{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ}
Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya.(lbrahim: 34)
Dengan kata lain, Allah menyediakan bagi kalian segala sesuatu yang kalian perlukan dalam semua keadaan sesuai dengan apa yang kalian mohonkan kepada-Nya.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dari semua yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian mohonkan kepada-Nya. Sebagian ulama membacanya dengan bacaan yang artinya "Dan Dia telah memberikan kepada kalian keperluan kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian mohonkan kepada-Nya".
Firman Allah Swt.:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا}
Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. (Ibrahim: 34)
Allah Swt. menceritakan sisi ketidakmampuan hamba-hamba-Nya untuk menghitung nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka, terlebih lagi untuk menunaikan syukurnya. Talq ibnu Habib telah mengata­kan bahwa sesungguhnya hak Allah itu jauh lebih berat daripada apa yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya sebagai rasa syukurnya. Dan sesungguhnya nikmat-nikmat Allah itu jauh lebih banyak daripada apa yang dihitung-hitung oleh hamba-hamba-Nya, tetapi mereka melakukan tobatnya di pagi hari, dan di sore hari mereka bertobat pula.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mengucap­kan doa berikut:
"اللَّهُمَّ، لَكَ الْحَمْدُ غَيْرَ مَكْفِيّ وَلَا مودَع، وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ ربَّنا"
Ya Allah, bagi Engkaulah segala puji yang tidak pernah tercukupkan, tidak pernah terpisahkan, dan tidak pernah tertinggalkan, wahai Tuhan kami.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab Musnad-nya bahwa:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حدثنا داود بن المُحبّر، حدثنا صَالِحٍ المرْيّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ العَبْدِي، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "يَخْرُجُ لِابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةُ دَوَاوِينَ، دِيوَانٌ، فِيهِ الْعَمَلُ الصَّالِحُ، وَدِيوَانٌ فِيهِ ذُنُوبُهُ، وَدِيوَانٌ فِيهِ النِّعَمُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ، فَيَقُولُ اللَّهُ لِأَصْغَرِ نِعَمِهِ -أحسبَه. قَالَ: فِي دِيوَانِ النِّعَمِ: خُذِي ثَمَنَكِ مِنْ عَمَلِهِ الصَّالِحِ، فَتَسْتَوْعِبُ عَمَلَهُ الصَّالِحَ كُلَّهُ، ثُمَّ تَنَحّى وَتَقُولُ: وَعِزَّتِكَ مَا اسْتَوْفَيْتُ. وَتَبْقَى الذُّنُوبُ وَالنِّعَمُ فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَرْحَمَ قَالَ: يَا عَبْدِي، قَدْ ضاعفتُ لَكَ حَسَنَاتَكَ وَتَجَاوَزْتُ عَنْ سَيِّئَاتِكَ -أَحْسَبُهُ قَالَ: وَوَهَبْتُ لَكَ نِعَمِي"
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Haris, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Ja'far ibnu Zaid Al-Abdi, dari Anas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda "Kelak dikeluarkan tiga diwan (catatan) bagi anak Adam pada hari kiamat, yaitu diwan yang di dalamnya tercatatkan amal salehnya, diwan yang didalamnya tercatatkan dosa-dosanya, dan diwan yang di dalamnya tercatatkan nikmat-nikmat Allah Swt. yang telah diberikan kepadanya. Lalu Allah berfirman kepada nikmat-Nya yang paling kecil, - yang menurut Al-Bazzar Ismail Ibnu Haris adalah diwan yang di dalamnya tercatatkan nikmat-nikmat-Nya,-  'Ambillah upahmu dari amal salehnya." Maka ia mengambil semua amal salehnya, lalu menjauh dan berkata, 'Demi Keagungan-Mu, aku masih belum cukup, tetapi yang tertinggal hanyalah dosa-dosanya dan catatan nikmat-nikmat-Mu.' Apabila Allah menghendaki merahmatinya, maka Dia berfirman, 'Hai hamba-Ku, sekarang Aku lipat gandakan kebaikan-kebaikanmu dan Aku maafkan keburukan-keburukanmu.'
Menurut Al-Bazzar Ismail ibnul Haris, Allah mengatakan, 'Aku anugerahkan nikmat-nikmat-Ku kepadamu (tanpa balasan)'." Predikat hadis ini garib, dan sanadnya daif.
Di dalam kitab asar disebutkan bahwa Daud a.s. pernah berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bersyukur kepada Engkau, sedangkan syukurku kepada-Mu termasuk nikmat dari-Mu pula yang Engkau berikan kepadaku?" Maka Allah menjawab melalui firman-Nya, "Sekarang engkau, hai Daud, telah bersyukur kepada-Ku; karena kamu telah mengakui akan kelalaianmu dalam menunaikan rasa syukurmu kepada-Ku atas nikmat-nikmat-Ku yang Kuberikan kepadamu."
Imam Syafii rahimahullah mengatakan, "Segalapuji bagi Allah, yang salah satu dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali berkat adanya nikmat baru yang mendorong seseorang untuk bersyukur kepada-Nya."
Salah seorang penyair mengatakan:
لَوْ كُلُّ جَارِحَة مِنِّي لهَا لُغَةٌ ... تُثْنيِ عَلَيكَ بِمَا أولَيتَ مِنْ حَسنِ ...
لَكَانَ مَا زَادَ شُكري إِذْ شَكَرت بِهِ ... إليكَ أبلغَ فِي الإحسَان والمننِ ...
Seandainya setiap anggota tubuhku dapat berbicara memuji-Mu sebab kebaikan yang telah Engkau berikan kepadaku, niscaya lebihan rasa syukurku kepada-Mu merupakan nikmat yang paling besar yang dianugerahkan oleh-Mu kepadaku.

Ibrahim, ayat 35-36

{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36) }
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. —dalam bantahan-Nya terhadap orang-orang musyrik Arab— menyebutkan bahwa negeri Mekah ini sejak semula dibangun hanyalah sebagai tempat untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Ibrahim yang meramaikannya karena pembangunan yang dilakukan­nya berlepas diri dari orang-orang yang menyembah selain Allah. Dia (Ibrahim) mendoakan buat kota Mekah agar menjadi kota yang aman. Dalam doanya yang disitir oleh firman-Nya dia mengatakan:
{رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا}
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman (Ibrahim: 35)
Dan Allah mengabulkan permintaannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman. (Al-Ankabut: 67), hingga akhir surat.
{إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا}
Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu), menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 96-97)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا}
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman. (Ibrahim: 35)
Dalam ayat ini lafaz balad disebutkan dengan memakai at-ta'rif, yakni al-balad, karena Nabi Ibrahim mendoakannya sesudah membangunnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ}
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. (Ibrahim: 39)
Telah diketahui bahwa Ismail tiga belas tahun lebih tua daripada Ishaq. Ketika Ismail dibawa oleh Nabi Ibrahim bersama ibunya ke Mekah, ia masih menyusu; dan sesungguhnya Nabi Ibrahim pada saat itu berdoa pula yang bunyinya seperti berikut: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman. (Ibrahim: 35) Seperti yang telah kami sebutkan dalam tafsir surat Al-Baqarah secara panjang lebar.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ}
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
Setiap orang yang berdoa dianjurkan agar mendoakan dirinya sendiri, lalu buat kedua orang tuanya dan anak cucunya. Kemudian Nabi Ibrahim menyebutkan bahwa banyak kalangan manusia yang terfitnah oleh penyembahan kepada berhala-berhala, dan bahwa dia berlepas diri dari orang-orang yang menyembahnya, lalu ia mengembalikan urusan mereka kepada Allah Swt. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, tentulah Dia mengazab mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada mereka, tentulah Dia mengampuni mereka. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Isa a.s.:
{إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah: 118)
Dalam kandungan ayat ini dijelaskan bahwa tiada lain segala sesuatunya dikembalikan kepada kehendak Allah, bukan merupakan pembolehan akan terjadinya hal tersebut.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ بَكْرَ بْنَ سَوَادة حَدَّثَهُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَير عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ: {رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} وَقَوْلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} وَرَفْعَ يَدَيْهِ، [ثُمَّ] قَالَ: "اللَّهُمَّ أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي"، وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ: [يَا جِبْرِيلُ] اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ -وَرَبُّكَ أَعْلَمُ وَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ؟ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَسَأَلَهُ، فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ، [قَالَ] فَقَالَ اللَّهُ: اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ، فَقُلْ لَهُ: إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ
Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Bakr ibnu Sawwadah pernah menceritakan kepadanya, dari Abdur Rahman ibnu Jarir, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. membaca firman Allah Swt. yang menceritakan doa Nabi Ibrahim, yaitu: Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 36), hingga akhir ayat. Dan doa Nabi Isa a.s. yang disebutkan oleh firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Al-Maidah: 118), hingga akhir ayat. Setelah itu Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya (berdoa) dan mengatakan dalam doanya: Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku. Lalu beliau Saw. menangis, dan Allah berfirman, "Hai Jibril, berangkatlah, temui Muhammad, dan tanyakanlah kepadanya apakah yang membuatnya menangis —padahal Allah lebih mengetahui—?" Malaikat Jibril a.s. datang dan menanyainya, lalu Rasulullah Saw. menjawabnya, (Malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah), maka Allah Swt. berfirman, "Pergilah kepada Muhammad, dan katakanlah kepadanya bahwa Kami akan membuatnya puas terhadap umatnya dan Kami tidak akan mengecewakannya."

Ibrahim, ayat 37

{رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37) }
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Hal ini menunjukkan bahwa doa ini adalah doa yang berikutnya sesudah doa yang pertama yang dipanjatkannya ketika ia pergi meninggalkan Hajar dan putranya (Nabi Ismail), hal ini terjadi sebelum Baitullah dibangun. Sedangkan doa yang kedua ini dipanjatkannya sesudah ia membangun Baitullah sebagai pengukuhannya dan ungkapan keinginannya yang sangat akan rida Allah Swt. Untuk itulah di dalam doanya disebutkan:
{عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ}
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. (Ibrahim: 37)
Adapun firman Allah Swt.:
{رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ}
Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat. (Ibrahim: 37)
Menurut Ibnu Jarir, ayat ini berkaitan dengan firman-Nya, "al-muharram." Dengan kata lain, sesungguhnya saya menjadikannya sebagai tanah yang haram (suci) agar penduduknya dapat mendirikan salat di dekatnya.
{فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ}
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya mengatakan bahwa seandainya Nabi Ibrahim dalam doanya mengatakan, "Af-idatan nasi," (yakni tanpa min) yang artinya 'hati seluruh umat manusia', maka tentulah orang-orang Romawi, Persia, Yahudi, dan Nasrani serta manusia lainnya akan berdesak-desakan memenuhinya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim mengatakan, "Minan nas," yakni sebagian manusia. Dengan demikian, maka hal ini khusus bagi kaum muslim saja.
Firman Allah Swt.:
{وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ}
dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. (Ibrahim: 37)
Agar hal itu dapat dijadikan sebagai pembantu bagi mereka untuk mengerjakan ketaatan kepada-Mu; dan mengingat Mekah adalah sebuah lembah yang tidak memiliki tumbuh-tumbuhan, maka dimohonkan agar mereka beroleh buah-buahan untuk makan mereka. Allah Swt. mengabul­kan permohonan Nabi Ibrahim ini, seperti yang dinyatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا}
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi kalian), dari sisi Kami? (Al-Qashash: 57)
Ini merupakan sebagian dari kebaikan Allah, kemuliaan, rahmat, dan berkah-Nya, Mengingat di Tanah Suci Mekah tidak terdapat pepohonan yang berbuah, untuk itulah maka didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya sebagai perkenan dari Allah atas doa Nabi Ibrahim a.s.

Ibrahim, ayat 38-41

{رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (38) الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41) }
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt. menceritakan perihal kekasih­Nya, yaitu Nabi Ibrahim, bahwa ia pernah berkata dalam doanya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. (Ibrahim: 38)
Artinya Engkau mengetahui maksudku dalam doaku dan apa yang aku kehendaki dalam doaku untuk penduduk kota suci ini. Sesungguhnya hal itu tiada lain menuju kepada rida-Mu dan mengikhlaskan diri kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau mengetahui segala sesuatu yang lahir dan yang batin (tidak tampak), tiada sesuatu pun di bumi ini —tiada pula di langit—yang tersembunyi dari pengetahuan-Mu.
Kemudian Nabi Ibrahim dalam doanya mengucapkan pujian kepada Tuhannya atas anak yang dianugerahkan kepadanya di saat ia telah berusia lanjut, seperti yang disitir oleh firman berikut:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ}
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (Ibrahim: 39)
Yakni Dia memperkenankan (mengabulkan) doa orang yang memohon kepada-Nya;.dan sesunggguhnya Dia telah mengabulkan permintaanku, yaitu mempunyai anak.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. mengatakan dalam doanya:
{رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ}
Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan salat (Ibrahim: 40)
Yaitu memeliharanya dan mendirikan batasan-batasannya.
{وَمِنْ ذُرِّيَّتِي}
dan begitu pula anak cucuku. (Ibrahim : 40)
Maksudnya, jadikanlah pula anak cucuku sebagai orang-orang yang mendirikan salat.
رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ}
Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim: 40)
Yakni kabulkanlah semua apa yang aku mohonkan kepada-Mu.
{رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ}
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan ibu bapakku. (Ibrahim: 41)
Sebagian ulama tafsir membacanya waliwalidi dalam bentuk tunggal, yakni bukan waliwalidayya. Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum ia berlepas diri dari ayahnya, setelah ia mengetahui dengan jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah Swt.
{وَلِلْمُؤْمِنِينَيَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ}
dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab. (Ibrahim: 41)
Maksudnya, ampunilah pula semua orang mukmin pada hari Engkau menghisab hamba-hamba-Mu, lalu Engkau balas mereka sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.

Ibrahim, ayat 42-43

{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ (42)  مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ (43)}
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada hari itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
Firman Allah Swt.
{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ}
Dan janganlah sekali-kali kamu menduga. (Ibrahim: 42)
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw.
{غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ}
bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42)
Artinya, janganlah kamu mempunyai dugaan bahwa Allah melupakan orang-orang yang zalim dan membiarkan mereka tanpa menghukum mereka karena perbuatannya, hanya karena Allah menangguhkan ajal kebinasaan mereka. Bahkan Allah menghitung-hitung semua perbuatan zalim yang mereka lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci.
{إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ}
Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)
Yaitu karena kedahsyatan dan kengerian serta huru-hara yang terjadi di hari kiamat.
Kemudian Allah menceritakan perihal kebangkitan mereka dari kuburnya masing-masing serta ketergesa-gesaan mereka dalam menuju Padang Mahsyar. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{مُهْطِعِينَ}
mereka datang bergegas-gegas. (Ibrahim: 43)
Yakni dengan terburu-buru, sama dengan pengertian yang terdapat dalam ayat lainnya, yaitu:
مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al-Qamar: 8)
{يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا}
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. (Thaha: 108)
sampai dengan firman-Nya:
{وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا}
Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). (Thaha: 111)
Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}
(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat. (Al-Ma'arij: 43), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ}
dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 43)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mereka mengangkat kepalanya.
{لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ}
sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip. (Ibrahim: 43)
Artinya, pandangan mata mereka terbeliak tanpa berkedip barang sesaat pun karena banyak huru-hara, kengerian, dan hal-hal yang sangat menakutkan yang menimpa diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari kengerian pada hari kiamat.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ}
dan hati mereka kosong. (Ibrahim: 43)
Yakni hati mereka kosong —tidak ada apa-apanya— karena rasa takut yang sangat hebat. Qatadah dan sejumlah ulama mengatakan bahwa rongga hati mereka kosong; karena hati itu bila telah menyesak sampai ke tenggorokan. maka ia keluar dari tempatnya disebabkan rasa takut yang amat hebat. Sebagian ulama mengatakan bahwa hatinya telah rusak, tidak sadar akan sesuatu pun karena kedahsyatan peristiwa yang diberikan oleh Allah Swt.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:

Ibrahim, ayat 44-46

{وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُفَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ (44) وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ (45) وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ (46) }
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang seti kii. niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan).”Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa? Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman or­ang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan.” Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar, padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya
Allah Swt. berfirman menceritakan perkataan orang-orang yang zalim terhadap diri mereka sendiri di kala mereka menyaksikan azab:
{رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ}
Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Ibrahim: 44)
Ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ}
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)." (Al-Mu’minun: 99)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. (Al-Munafiqun: 9), hingga akhir ayat berikutnya.
Dan firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan mereka di Padang Mahsyar:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
Begitu pula dalam firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am: 27), hingga akhir ayat.
{وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا}
Dan mereka berteriak di dalam neraka. (Fathir: 37), hingga akhir ayat.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt. menjawab ucapan mereka melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ}
Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44)
Maksudnya, bukankah kalian pernah bersumpah sebelum kalian berada di sini bahwa kalian tidak akan binasa dari keadaan kalian saat itu, dan bahwa tidak ada hari kembali serta tidak ada pula hari pembalasan; maka rasakanlah akibat perbuatan kalian ini.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44) Yakni tiadalah kalian akan berpindah dari dunia ke akhirat. Sama pula maknanya dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ}
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati. (An-Nahl: 38), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ}
Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan. (Ibrahim: 45)
Yakni kalian telah mengetahui melalui berita yang sampai kepada kalian tentang azab yang telah Kami timpakan kepada umat-umat terdahulu yang mendustakan Kami. Tetapi sekalipun demikian, ternyata kalian tidak mengambil pelajaran dari mereka, tidak pula kalian menjadikan apa yang telah Kami timpakan kepada mereka sebagai peringatan.
{حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ}
itulah hikmah yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5)
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, bahwa sahabat Ali r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat berikut: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa orang yang mendebat Nabi Ibrahim sehubungan dengan Tuhannya mengambil dua ekor burung elang yang masih kecil, lalu ia memeliharanya hingga besar dan kuat. Kemudian kaki masing-masing burung itu di­ikatkan kepada pasak yang dihubungkan dengan sebuah peti. Sebelum itu kedua burung elang tidak diberi makan hingga keduanya lapar, lalu dia dan seorang lelaki lain duduk di dalam peti itu, sedangkan dia mengangkat sebuah tongkat dari dalam peti itu yang ujungnya diberi daging segar. Kemudian ia berkata kepada temannya, "Lihatlah apa yang kamu saksikan!" Maka temannya menjawab, saya melihat anu dan anu (dari angkasa)," sehingga temannya itu mengatakan, "Saya melihat dunia ini semuanya seakan-akan seperti lalat (kecilnya)." Setelah itu ia menurunkan tongkatnya, maka keduanya turun. Sahabat Ali mengatakan bahwa hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Bacaan sahabat Ali," Wain kada," yang artinya "Dan sesungguhnya makar mereka hampir dapat melenyapkan gunung-gunung".
Abu Ishaq mengatakan bahwa hal yang sama dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud dalam qiraahnya sehubungan dengan ayat ini —yaitu "wain kada" dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b dan Umar ibnul Khattab r.a., bahwa mereka membacanya dengan bacaan wain kada'''— sama dengan qiraah sahabat Ali r.a.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri dan Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, dari Ali, lalu disebutkan kisah yang semisal. Juga telah diriwayatkan dari Ikrimah, bahwa kisah ini menyangkut Raja Namruz —Raja Negeri Kan'an— dalam upayanya untuk menaiki langit dengan tipu muslihat tersebut. Hal yang serupa telah dilakukan pula oleh Raja Fir'aun, hanya dengan cara membangun menara yang tinggi, tetapi pada akhirnya keduanya tidak mampu dan lemah. Ternyata upaya keduanya kecil, tiada artinya, dan membuatnya terhina.
Mujahid menuturkan kisah ini yang bersumberkan dari Bukhtanasar, bahwa ketika pandangan matanya sudah tidak lagi melihat bumi dan penduduknya, ada suara yang berseru, "Hai orang yang kelewat batas, hendak ke manakah kamu pergi?" Maka ia meresa takut, kemudian ia mendengar suara di atasnya, lalu ia melepaskan tombaknya, dan tombak­nya itu mengenai burung garuda, sehingga gunung-gunung bergetar karena kejatuhan reruntuhannya, seakan-akan hampir lenyap karenanya. Yang demikian itu adalah apa yang di sebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Ibnu Juraij telah menukil dari Mujahid, bahwa ia membacanya dengan bacaan berikut: Latazulu minhul jibal, yakni benar-benar dapat melenyapkan gunung-gunung. Huruf lam yang pertama dibaca fat-hah, dan yang kedua dibaca dammah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa tiadalah makar mereka itu dapat melenyapkan gunung-gunung.
Makna yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, lalu dijelaskan oleh Ibnu Jarir, bahwa apa yang mereka perbuat —yakni kemusyrikan mereka kepada Allah dan kekufuran mereka kepada-Nya— sama sekali tidak membahayakan gunung-gunung itu barang sedikit pun, tidak pula yang lainnya. Melainkan kemudaratan dari perbuatan mereka itu justru akan menimpa diri mereka sendiri.
Menurut kami, berdasarkan makna yang terakhir ini berarti ayat ini sama maknanya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا}
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra: 37)
Pendapat yang kedua sehubungan dengan tafsir ayat ini ialah apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu AbuTalhah, dari Ibnu Abbas, bahwa firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Yang dimaksud dengan makar ialah kemusyrikan mereka, seperti pe­ngertian yang terkandung di dalam firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam: 90), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Qatadah.

Ibrahim, ayat 47-48

{فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (47) يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48) }
Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) -" langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.
Allah Swt. mengikrarkan janji-Nya dengan ungkapan yang kukuh melalui firman-Nya:
{فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ}
Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. (Ibrahim: 47)
Maksudnya, Allah akan menolong mereka dalam kehidupan di dunia dan pada hari semua saksi di tegakkan. Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia Mahaperkasa, tiada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi kehendak-Nya; dan Dia tidak terkalahkan, serta mempunyai pembalasan terhadap orang-orang yang kafir dan ingkar kepada-Nya.
{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}
Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Ath-Thur: 11)
Karena itulah dalam firman selanjutnya di sebutkan:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)
Yakni janji Allah ini akan dilaksanakan pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain, yang bentuknya tidaklah seperti sekarang yang kita kenal, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ، كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ، لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ"
Kelak manusia di hari kiamat akan dihimpunkan di bumi yang putih lagi tandus seperti perak yang putih bersih, tiada suatu tanda pun bagi seseorang padanya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ دَاوُدَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ} قَالَتْ: قُلْتُ: أَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi. dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang mula-mula bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya berikut ini: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (begitu pula) langit. (Ibrahim:-48) Ia bertanya kepada Rasulullah Saw., "Di manakah manusia pada saat itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Di atas sirat."
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid tanpa Imam Bukhari, begitu pula Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Affan. dari Wuhaib, dari Daud dan Asy-Sya'bi, dari Siti Aisyah tanpa menyebutkan Masruq (dalam sanadnya).
قَالَ قَتَادَةُ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ الْمُزَنِيِّ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهُ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} قَالَ: قَالَتْ  يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتِنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي، ذَاكَ أَنَّ النَّاسَ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ
Qatadah telah meriwayatkan dari Hissan ibnu Bilal Al-Muzani, dari Siti Aisyah r.a., bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48) Bunyi pertanyaannya ialah, "Wahai Rasulullah, di manakah manusia pada saat itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya kamu menanyakan sesuatu kepadaku suatu per­tanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun dari kalangan umatku. Pada saat itu manusia berada di atas jembatan neraka.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ، مِنْ حَدِيثِ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، حَدَّثَتْنِي عَائِشَةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عن قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ} [الزمر: 67] ، فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "هُمْ عَلَى مَتْنِ جَهَنَّمَ"
Imam Ahmad meriwayatkan melalui hadis Habib ibnu Abu Umrah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Siti Aisyah telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nyapada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (Az-Zumar: 67) Siti Aisyah mengatakan, "Di manakah manusia pada hari itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Mereka berada di pinggir neraka Jahannam."
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أَخْبَرَنِي الْقَاسِمُ، سَمِعْتُ الْحَسَنَ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ} فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "إِنَّ هَذَا شَيْءٌ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ"، قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ يَا عَائِشَةُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim; ia mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah bertanya tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) "Dimanakah manusia pada hari itu, wahai Rasulullah? Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya ini adalah suatu pertanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun. Hai Aisyah, mereka pada hari itu berada di atas sirat.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Affan, dari Al-Qasim ibnul Fadl, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama.
Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam kitab Sahih-nya bahwa:
حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبة الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدٍ -يَعْنِي: أَخَاهُ -أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ، حَدَّثَنِي أَبُو أَسْمَاءَ الرَّحَبِي؛ أَنَّ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ قَالَ: كُنْتُ قَائِمًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ حَبر مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. فَدَفَعْتُهُ دَفْعَةً كَادَ يُصرَع مِنْهَا، فَقَالَ: لِمَ تَدْفَعُنِي؟ فَقُلْتُ: أَلَا تَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ؟! فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: إِنَّمَا نَدْعُوهُ بِاسْمِهِ الَّذِي سَمّاه بِهِ أَهْلُهُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اسْمِي مُحَمَّدٌ الَّذِي سَمَّانِي بِهِ أَهْلِي". فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيَنْفَعُكَ شَيْءٌ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ " فَقَالَ: أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. فَنَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُودٍ مَعَهُ، فَقَالَ: "سَلْ". فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ" قَالَ: فَمَنْ أَوَّلُ النَّاسِ إِجَازَةً؟ قَالَ: فَقَالَ: " [فُقَرَاءُ] الْمُهَاجِرِينَ". قَالَ الْيَهُودِيُّ: فَمَا تُحْفَتهُم حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: "زِيَادَةُ كَبِدِ النُّونِ" قَالَ: فَمَا غِذَاؤُهُمْ فِي أَثَرِهَا؟ قَالَ: "يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا". قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا". قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: وَجِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ؟ قَالَ: "أَيَنْفَعُكَ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ " قَالَ: أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. قَالَ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنِ الْوَلَدِ. قَالَ: "مَاءُ الرَّجُلِ أَبْيَضُ وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ، فَإِذَا اجْتَمَعَا فَعَلا منيُّ الرَّجُلِ منيَّ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَا بِإِذْنِ اللَّهِ -تعالى -وَإِذَا عَلَا مَنِيُّ الْمَرْأَةِ مَنِيَّ الرَّجُلِ أنَّثا بِإِذْنِ اللَّهِ" قَالَ الْيَهُودِيُّ: لَقَدْ صَدَقْتَ، وَإِنَّكَ لَنَبِيٌّ. ثُمَّ انْصَرَفَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ سَأَلَنِي هَذَا عَنِ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْهُ، وَمَا لِي عِلْمٌ بِشَيْءٍ مِنْهُ، حَتَّى أَتَانِيَ اللَّهُ بِهِ"
telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali Al-Hilwani, telah menceritakan kepadaku Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Zaid (saudaranya). Ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Asma Ar-Rahbi; Sauban maula Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadanya bahwa ketika ia sedang berdiri dihadapan Rasulullah Saw., datanglah seorang ulama Yahudi kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Semoga kesejahteraan atas dirimu, hai Muhammad." Maka aku (Sauban) mendorongnya dengan dorongan yang cukup kuat sehingga hampir saja ia terjatuh karena doronganku. Lalu ia berkata kepadaku, "Mengapa kamu mendorongku?" Aku menjawab, "Mengapa tidak-kamu katakan, Wahai Rasulullah?" Orang Yahudi itu berkata, "Sesungguhnya aku memanggilnya dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya namaku Muhammad, itulah nama yang diberikan kepadaku oleh orang tuaku." Orang Yahudi itu berkata, "Saya datang kepadamu untuk bertanya." Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah ada manfaatnya bila saya katakan sesuatu kepadamu?" Orang Yahudi itu menjawab, "Saya akan mendengarnya dengan baik." Maka Rasulullah Saw. mengetuk-ngetukan tongkat kayu yang ada di tangannya dan bersabda, "Bertanyalah." Orang Yahudi mengatakan, "Di manakah manusia berada pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan begitu pula langit?" Rasulullah Saw. bersabda: Mereka berada di dalam kegelapan sebelum jembatan (sirat). Orang Yahudi itu bertanya.”Siapakah manusia yang mula-mula melewatinya?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang-orang yang fakir dari kalangan Muhajirin. Orang Yahudi itu berkata, "Apakah hadiah makanan mereka di saat mereka memasuki surga?" Rasulullah Saw. menjawab: Lebihan hati ikan Nun. Orang Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah makanan mereka sesudahnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Disembelihkan buat mereka sapi jantan surga yang makanannya mengambil dari pinggiran-pinggiran surga (yakni digembalakan di pinggiran surga). Orang Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah minuman mereka setelah makan makanan tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda: Dari mata air yang ada di dalam surga yang disebut Salsabila. Orang Yahudi itu berkata, "Engkau benar." Lalu ia berkata lagi, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan sesuatu yang tiada seorang penduduk bumi pun mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi atau seseorang atau dua orang." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah ada manfaatnya bila aku katakan kepadamu?" Orang Yahudi itu berkata, "Saya akan mendengarnya dengan baik." Orang Yahudi itu mengajukan pertanyaan­nya, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan tentang anak." Rasulullah Saw. bersabda: Mani laki-laki putih dan mani perempuan kuning, apabila ke duanya berkumpul, lalu mani lelaki mengalahkan air mani perempuan, maka dengan seizin Allah anaknya menjadi lelaki. Dan apabila air mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki, maka dengan seizin Allah anaknya menjadi perempuan. Maka orang Yahudi itu berkata.”Engkau benar, dan sesungguhnya engkau adalah seorang nabi." Lalu lelaki Yahudi itu pergi. Dan Rasulullah Saw. bersabda.” Sesungguhnya orang ini telah menanyakan kepadaku pertanyaan yang tiada pengetahuan bagiku tentangnya barang sedikit pun, seandainya tidak ada utusan dari Allah yang memberitahukannya kepadaku (tentang jawabannya)."
قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: حَدَّثَنِي ابْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ ثَوْبَانَ الكَلاعي، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: أَتَى النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبْر مِنَ الْيَهُودِ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذْ يَقُولُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} فَأَيْنَ الخَلْق عِنْدَ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: "أَضْيَافُ اللَّهِ، فَلَنْ يُعْجِزَهُمْ مَا لَدَيْهِ"
Abu Ja'far ibnu Jarir At-Tabari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sauban Al-Kala'i, dari Abu Ayyub Al-Ansari, bahwa seorang pendeta Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang makna firman Allah Swt.: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48) Ia berkata, "Di manakah manusia pada saat itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "(Mereka) adalah tamu-tamu Allah, maka hal itu amatlah mudah bagi Allah dengan kekuasaan yang ada di sisi-Nya.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama.
Syu'bah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq bahwa ia telah mendengar dari Amr ibnu Maimun. Barangkali dia mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) berkata, dan barangkali dia tidak menyebutnya. Lalu saya bertanya kepadanya, "Apakah dia menerimanya dari Abdullah?" Ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amr ibnu Maimun mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi yang lain itu warnanya putih seperti perak lagi bersih, tidak pernah dialirkan darah padanya dan tidak pernah dilakukan suatu dosapun padanya. Pandangan mereka menembus jauh dan suara juru penyeru kedengaran oleh mereka, mereka dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang, seperti keadaan mereka ketika diciptakan (dilahirkan). Perawi mengatakan, ia menduganya mengatakan bahwa mereka dalam keadaan berdiri, hingga keringat mereka sampai pada mulut mereka.
Telah diriwayatkan pula dari jalur yang lain dari Syu'bah, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari ibnu Mas'ud hal yang semisal. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Asim, dari Zur, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud tidak menceritakan hal ini. Demikianlah menurut keterangan yang diketengah­kan oleh Ibnu Jarir.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيد بْنِ عَقِيل، حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ أَبُو عَتَّابٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ} قَالَ: "أَرْضٌ بَيْضَاءُ لَمْ يَسْقُطْ عَلَيْهَا دَمٌ وَلَمْ يُعْمَلْ عَلَيْهَا خَطِيئَةٌ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telab menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Uqail, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Hammad Abu Gayyas, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Ayyub, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah swt.: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Nabi Saw. bersabda, "Bumi yang putih, tidak pernah dialirkan darah pada­nya, tidak pernah pula dilakukan suatu dosa pun padanya."
Kemudian Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada orang yang me-rafa'-kannya selain Jarir ibnu Ayyub, sedangkan dia orangnya tidak kuat."
ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حدثا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ سِنَانٍ (7) عَنْ جَابِرٍ الجُعْفي، عَنْ أَبِي جُبَيرة عَنْ زَيْدٍ قَالَ: أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْيَهُودِ فَقَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ لِمَ أَرْسَلْتُ إِلَيْهِمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "أَرْسَلْتُ إِلَيْهِمْ أَسْأَلُهُمْ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ} إِنَّهَا تَكُونُ يَوْمَئِذٍ بَيْضَاءَ مِثْلَ الْفِضَّةِ". فَلَمَّا جَاءُوا سَأَلَهُمْ فَقَالُوا: تَكُونُ بَيْضَاءَ مِثْلَ النَّقِي
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Sinan, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Abu Jabirah, dari Zaid yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan utusan kepada orang-orang Yahudi, lalu beliau bertanya (kepada para sahabatnya), "Tahukah kalian mengapa saya mengirimkan utusan kepada mereka?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda bahwa beliau mengirimkan utusannya kepada mereka untuk menanyakan tentang firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Sesungguhnya pada waktu itu bumi berwarna putih seperti perak. Setelah utusan Nabi Saw. datang kepada orang-orang Yahudi, lalu para utusan itu menanyakan hal tersebut. Mereka (orang-orangYahudi) menjawab bahwa saat itu bumi berwarna putih seperti perak.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali, Ibnu Abbas, Anas Ibnu Malik, dan Mujahid ibnu Jubair, bahwa kelak di hari kiamat bumi akan diganti dengan bumi dari perak.
Dari sahabat Ali r.a., ia mengatakan bahwa bumi akan menjadi perak dan langit menjadi emas.
Ar-Rabi' telah meriwayatkan dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa langit akan menjadi gelap gulita. Abu Ma'syar telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Muhammad ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi menjadi roti, orang-orang mukmin dapat makan dari bawah kaki mereka.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Waki', dari Umar ibnu Bisyr Al-Hamdani, dari Sa'id ibnu Jubair, yakni sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi diganti dengan roti yang putih, orang mukmin dapat makan dari bawah telapak kakinya.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Khaisam yang mengatakan, "Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa bumi pada hari kiamat semuanya berupa api, dan surga ada di belakangnya, kelihatan isi dan perhiasannya, sedangkan manusia ditenggelamkan oleh keringatnya. Keringat mereka telah menenggelamkan mereka, sedangkan mereka masih belum menjalani hisab.
Al-A'masy telah meriwayatkan pula dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Qais ibnus Sakan yang mengatakan bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Di hari kiamat kelak seluruh bumi menjadi api, di belakangnya terdapat surga, isi dan perhiasannya kelihatan. Demi Tuhan yang jiwa Abdullah berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang lelaki benar-benar mengucurkan keringatnya, sehingga menenggelamkan telapak kakinya, lalu keringatnya naik sampai ke hidungnya, padahal hisab masih belum dijalaninya." Mereka bertanya, "Mengapa demikian, wahai Abu Abdur Rahman (nama panggilan Ibnu Mas'ud)?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Hal itu terjadi karena pemandangan dan peristiwa yang mereka alami."
Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Ka'b, sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (begitu pula) langit. (Ibrahim: 48) Langit menjadi gelap gulita, laut berubah menjadi api, dan bumi diganti dengan bumi yang lain.
Di dalam hadis yang diriwayatkan, oleh Imam Abu Daud disebutkan bahwa:
لَا يَرْكَبُ الْبَحْرَ إِلَّا غَازٍ أَوْ حَاجٌّ أَوْ مُعْتَمِرٌ، فَإِنَّ تَحْتَ الْبَحْرِ نَارًا -أَوْ: تَحْتَ النَّارِ بَحْرًا"
tiada yang menempuh jalan laut kecuali orang yang berperang, atau pergi haji, atau pergi umrah, karena sesungguhnya di bawah laut itu neraka; atau di bawah neraka itu laut.
Di dalam hadis masyhur tentang suwar(sangkakala) dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ، فَيَبْسُطُهَا وَيَمُدُّهَا مَدَّ الْأَدِيمِ الْعُكَاظِيِّ، لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا، ثُمَّ يَزْجُرُ اللَّهُ الْخَلْقَ زَجْرَةً، فَإِذَا هُمْ فِي هَذِهِ الْمُبْدَلَةِ"
Allah mengganti bumi dengan bumi yang lain, begitu pula langit, lalu Dia menggelarkannya dan menghamparkannya sebagaimana seseorang menghamparkan kulit (dari pasar) 'Ukaz, tiada yang rendah, tiada pula yang tinggi. Kemudian Allah menggiring makhluk dengan sekali giring, tiba-tiba mereka telah berada di bumi yang telah diganti itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَبَرَزُوا لِلَّهِ}
dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah. (Ibrahim: 48)
Yakni semua makhluk keluar dari kuburannya masing-masing menghadap kepada Allah.
{الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 48)
Allah yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya, serta tunduklah kepada-Nya semua kepala dan tunduk takutlah kepada-Nya semua akal.

Ibrahim, ayat 49-51

{وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50) لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (51) }
Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu di ikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab-Nya.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (begitu pula) langit. (Ibrahim: 48)
dan semua makhluk menghadap kepada Tuhan yang, akan memberi pembalasan. Engkau Muhammad, akan melihat pada hari itu keadaan orang-orang yang berdosa, disebabkan oleh kekafiran dan kerusakan mereka.
{مُقَرَّنِينَ}
diikat bersama-sama. (Ibrahim: 49)
Yakni sebagian dari mereka diikat bersama-sama dengan sebagian yang lain menjadi satu, masing-masing dari mereka adakalanya digabungkan dengan orang-orang yang setara dengan keadaan mereka, atau adakalanya masing-masing dari mereka disatukan dengan orang yang sejenis dengan keadaan dirinya; jelasnya masing-masing golongan diikat bersama-sama dengan golongannya.
Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ}
(kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka." (Ash-Shaffat: 22)
{وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ}
dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7)
{وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا}
Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan; 13)
{وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ}
Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. (Shad: 37-38)
Al-asfad artinya belenggu-belenggu, menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Al-A'masy, dan Abdur Rahman ibnu Zaid, dan inilah menurut dialek yang terkenal. Seorang penyair bernama Amr ibnu Kalsum dalam bait syairnya mengatakan,
فَآبُوا بِالثِّيَابِ وَبِالسَّبَايَا وأُبْنَا بالمُلُوك مُصَفّدينا
"Mereka menolak pakaian-pakaian dan para tawanan, dan hanya memilih raja-raja dalam keadaan terbelenggu."
*******************
Firman Allah Swt.:
{سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ}
Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim: 50)
Maksudnya pakaian yang dikenakan oleh ahli neraka terbuat dari ter (aspal) yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kulit unta.
Qatadah mengatakan bahwa ter merupakan suatu bahan yang mudah terbakar.
Lafaz qatiran dikatakan pula qatran, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair bernama Abun Najm dalam salah satu bait syairnya,
كَأَنَّ قِطْرانًا إذَا تَلاهَا ... تَرْمي بِهِ الرِّيحُ إِلَى مَجْراها
"Apabila unta itu dipoles dengan ter, ia seakan-akan bagaikan angin yang bertiup ke arah yang ditujunya (karena kepanasan)."
Ibnu Abbas mengatakan bahwa qatiran adalah tembaga yang dilebur, dan adakalanya dia membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"سَرَابيلهم مِنْ قَطِران"
Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim: 50)
Makna yang dimaksud ialah tembaga yang dilebur, kemudian panasnya telah mereda. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Qatadah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ}
dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Ibrahim: 50)
Ayat ini maknanya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ}
Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 104)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ، عن يحيى بن أبيكَثِيرٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرْبَعٌ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يُتْرَكن الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ، وَالنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، ودرْع مِنْ جَرَب".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Yazid, dari Yahya ibnu Abu kasir, dari Zaid, dari Abu Salam, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada empat perkara di dalam umatku termasuk perkara Jahiliah yang masih belum mereka tinggalkan, yaitu membangga-banggakan diri dengan kedudukan, mendiskreditkan nasab (keturunan), meminta hujan melalui bintang-bintang, dan niyahah (menangis ala Jahiliah) karena ditinggal mati. Wanita yang ber-niyahah bila masih belum tobat sebelum matinya, kelak di hari kiamat dibangkitkan dengan memakai pakaian dari ter dan baju kurung dari penyakit kurap.
Hadis diketengahkan oleh Imam Muslim secara munfarid.
Di dalam hadis Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ، تُوقَفُ فِي طَرِيقٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَسَرَابِيلُهَا مِنْ قَطِرَانٍ، وَتَغْشَى وَجْهَهَا النَّارُ"
Wanita yang ber-niyahah jika (mati dalam keadaan) belum bertobat, akan diberdirikan di tengah jalan antara surga dan neraka, pakaian­nya adalah dari ter, sedangkan mukanya ditutupi oleh api neraka.
*******************
Firman Allah Swt.:
لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. (Ibrahim: 51)
Yaitu kelak di hari kiamat, seperti halnya yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Najm: 31), hingga akhir ayat.
Mengenai firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab (perhitungan)-Nya. (Ibrahim: 51)
Makna ayat ini dapat ditafsirkan seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)
Dapat pula ditafsirkan dengan pengertian 'dalam menghisab amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Allah sangat cepat perhitungan-Nya, karena Dia mengetahui segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya, dan sesungguhnya semua makhluk menurut kekuasaan Allah sama halnya dengan seseorang dari mereka', seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa. (Luqman: 28)
Hal ini sama dengan inti sari dari pendapat Mujahid, bahwa makna firman-Nya:
{سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Mahacepat hisab-Nya. (Ibrahim: 51)
Yakni perhitungan-Nya. Tetapi dapat pula dikatakan bahwa masing-masing dari kedua pendapat dapat dijadikan sebagai tafsirnya.

Ibrahim, ayat 52

{هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ (52) }
(Al-Qur'an ini) adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
Allah Swt. menyebutkan bahwa Al-Qur'an ini adalah penjelasan bagi umat manusia, semakna dengan ayat lainnya:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengannya Aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang yang sampai kepadanya Al-Qur’an. (Al-An'am: 19)
Artinya, Al-Qur'an ini adalah penjelasan yang disampaikan kepada semua makhluk manusia dan jin, seperti yang disebutkan dalam permulaan surat ini melalui firman-Nya:
{الر كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ}
Alif, Dam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: 1), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلِيُنْذَرُوا بِهِ}
dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia. (Ibrahim: 52)
Maksudnya, agar mereka mengambil pelajaran dari Al-Qur'an.
{وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ}
dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Ibrahim: 52)
Yakni agar mereka dapat menyimpulkan melalui bukti-bukti dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.
{وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ}
dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim: 52)
Ulul Albab artinya orang-orang yang berakal.
Sampai di sini tafsir surat Ibrahim.

Posting Komentar untuk "14. SURAH IBRAHIM, belajar.panker.me"